Perkara-perkara yang mewajibkan mandi ada 6, tiga di antaranya dialami oleh laki-laki dan wanita, sedangkan yang tiga perkara lainnya hanya dialami oleh wanita saja.
Tiga perkara yang dialami oleh laki-laki dan wanita ialah pergaulan suami isteri, keluar cairan mani, dan meninggal dunia, iaitu :
Pergaulan suami isteri yang mewajibkan mandi ialah pergaulan yang sampai pada persetubuhan dengan terjadinya persentuhan antara kemaluan suami dengan bagian dalam kemaluan isteri, baik kemaluan depan mahupun kemaluan belakang sekalipun tidak sampai mengeluarkan cairan mani. Hal ini didasari atas hadits dari Aisyah r.a. bahawasanya Rasululla s.a.w. bersabda: “Apabila bertemu dua khitanan atau terjadi persentuhan antara kemaluan laki-laki dan wanita (maksudnya sejajar) maka diwajibkan mandi”. Aisyah berkata: “Saya dan Rasulullah melakukannya lalu kami mandi”. (Hadits shahih riwayat Tirmidzi).
Perkara yang kedua yang mewajibkan mandi ialah keluar cairan mani, baik secara sengaja mahupun tidak sengaja. Hal ini didasari atas sabda Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Diwajibkan mandi apabila keluar cairan mani”. Ada tiga ciri khas air mani yang membezakannya dengan cairan mazi dan wadi. Pertama memiliki aroma adonan (tepung terigu yang diaduk dengan air) jika dalam keadaan basah, apabila sudah mengering ia menyerupai aroma amis telur. Ciri kedua cairan mani keluarnya dengan memancar beberapa kali pancaran, dan ciri ketiga ada rasa kenikmatan ketika cairan itu keluar dan kemudian kemaluan laki-laki melemah serta turunnya dorongan syahwat. Untuk mengenali bahawa yang keluar itu cairan mani tidak disyaratkan terhimpun ketiga ciri tersebut. Jika ditemukan salah satu ciri-ciri saja sudah dapat dipastikan bahwa yang keluar itu adalah cairan mani. Ciri-ciri cairan mani wanita juga demikian namun keluarnya tidak dengan memancar.
Perkara yang ketiga yang mewajibkan mandi dan dialami oleh laki-laki dan wanita ialah meninggal dunia. Hal ini berdasar atas sebuah hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda tentang seseorang yang dalam keadaan berihram dan terjatuh dari untanya hingga meninggal dunia: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”. (HR. Bukhari dan Muslim). Perintah Rasul tersebut mengandung erti wajib.
Tiga perkara lain yang mewajibkan mandi dan hanya dialami oleh wanita saja ialah haid, nifas, dan melahirkan. Mengenai haid Allah berfirman:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita (tidak menggaulinya) di waktu haid: dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci (sesudah mandi), maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. (QS. Al-Baqarah: 222).
Selain itu Aisyah meriwayatkan bahawasanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Apabila datang haid tinggalkanlah solat, apabila sudah tidak ada lagi haidnya maka mandilah dan laksanakan solat”. (HR. Bukhari). Dalam hal ini dan dalam beberapa persoalan lain nifas sama dengan haid. Perkara lain yang mewajibkan mandi khusus bagi wanita ialah melahirkan. Ada dua alasan yang mewajibkan mandi bagi wanita yang melahirkan, pertama bahwa melahirkan itu diduga mengeluarkan darah sedangkan hukum itu bergantung kepada dugaan, sebagaimana tidur dapat membatalkan wudhu kerana saat tidur itu diduga terjadi hadas (keluar angin). Alasan kedua bahwa anak yang dilahirkan itu berasal dari cairan mani.
Rukun-rukun mandi atau perkara-perkara yang harus dilakukan ketika mandi ada 3, iaitu :
Rukun Pertama niat. Kewajiban niat ini berdasarkan dari hadits Nabi s.a.w: “Sahnya suatu perbuatan (ibadah) itu dengan niat”. Waktunya niat ialah ketika mulai menyiram air ke salah satu bagian dari badan. Sedangkan caranya niat ialah bagi orang yang mengalami junub meniatkan mandi untuk menghilangkan junub atau meniatkannya untuk menghilangkan hadas besar dari seluruh tubuh. Dianggap sah pula dalam mandi ini dengan niat mandi wajib. Sedangkan wanita yang selesai dari haid niat mandinya ialah menghilangkan hadas haid, demikian pula wanita yang selesai dari nifas, niat mandinya untuk menghilangkan hadas nifas.
Selain niat mandi harus dilakukan pula rukun kedua dari mandi ini iaitu Pembersihan najis dari badannya jika hanya dengan siraman air saja ketika mandi tidak menghilangkan najis tersebut. Maka mandinya belum sah apabila seseorang mandi sementara najis di badannya belum dibersihkan.
Rukun yang ketiga ialah menyiramkan air ke seluruh tubuh hingga merata dari kepala termasuk rambut dan seluruh kulit badan. Hal ini berdasarkan dari hadits Rasulullah s.a.w: “Barang siapa ketika mandi mengabaikan satu tempat tumbuh rambut tanpa membasuhnya akan diseksa di dalam neraka”. Ali bin Abi Thalib berkata: “Oleh kerana itu saya mencukur seluruh rambut saya”. (HR. Abu Daud). Apabila seorang wanita memiliki rambut yang diikat/dicocang yang dapat menghalangi air sampai ke bagian rambut yang ada di dalam atau menghalanginya sampai ke kulit kepala ikatan tersebut harus dibuka sehingga air boleh sampai ke rambut-rambut yang terikat atau ke kulit kepala. Sedangkan kulit dari bagian badan wajib dibasuh bagian yang nampak (yang termasuk bagian luar) seperti kedua daun telinga, kerutan-kerutan di badan, termasuk bagian tepi dalam dari kemaluan wanita yang nampak ketika dia jongkok pada saat buang air. Namun tidak diharuskan berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung kerana kulit mulut dan kulit hidung termasuk bagian dalam dari badan.
Sedangkan perkara-perkara yang disunatkan ketika mandi ialah:
Membaca basmalah sebelum memulai mandi, membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air, berwudhu setelah membersihkan najis-najis dari badannya. Aisyah berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w. berwudhu seperti wudhunya untuk solat ketika beliau mandi dari junub”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain yang tersebut di atas disunatkan pula menggosokkan tangan ke seluruh badan terutama bagian-bagian badan yang berlipat seperti bawah perut, belakang telinga, ketiak, dan sebagainya agar diyakini bahawa air sudah mengenai seluruh badan dan mandinya lebih bersih.
Demikian pula disunatkan mendahulukan bagian kanan dari badan daripada bagian kiri. Jika diyakini air sudah mengenai seluruh badan baru disiramkan ke kepala supaya tidak terjadi pembaziran dalam penggunaan air. Selesai mandi disunatkan membaca do’a seperti yang disunatkan selesai berwudhu: “asyhadu allaa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuuluh alloohummaj‘alnii minattawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriin”.
Membaca basmalah sebelum memulai mandi, membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah air, berwudhu setelah membersihkan najis-najis dari badannya. Aisyah berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w. berwudhu seperti wudhunya untuk solat ketika beliau mandi dari junub”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain yang tersebut di atas disunatkan pula menggosokkan tangan ke seluruh badan terutama bagian-bagian badan yang berlipat seperti bawah perut, belakang telinga, ketiak, dan sebagainya agar diyakini bahawa air sudah mengenai seluruh badan dan mandinya lebih bersih.
Demikian pula disunatkan mendahulukan bagian kanan dari badan daripada bagian kiri. Jika diyakini air sudah mengenai seluruh badan baru disiramkan ke kepala supaya tidak terjadi pembaziran dalam penggunaan air. Selesai mandi disunatkan membaca do’a seperti yang disunatkan selesai berwudhu: “asyhadu allaa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuuluh alloohummaj‘alnii minattawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriin”.
dipetik oleh :
KH. Ahmad Kosasih M.Ag
0 ulasan:
Catat Ulasan