0

Kes Manohara Tak Ganggu Hubungan RI-Malaysia



Kasus (kes) dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa WNI Manohara Odelia Pinot oleh suaminya Pangeran Negara Bagian Kelantan, Malaysia, Tengku Muhammad Fakhri diharapkan tidak mengganggu hubungan Indonesia dan Malaysia.

"Pemberitaan kasus Manohara di berbagai media cetak dan elektronik yang dimunculkan oleh Daisy Fajarina, iaitu ibunda kepada Manohara, diharapkan tidak mengganggu hubungan baik masyarakat RI-Malaysia," kata Juru Bicara Kelompok Pakar (Eminent Person Group/EPG) Indonesia Musni Umar di Jakarta.

Musni menilai kasus tersebut adalah masalah pribadi yang dapat diselesaikan keluarga Manohara dan Fakhry dengan sebaik-baiknya melalui mediator pihak ketiga dari keluarga masing-masing.

"Kasus ini mencuat karena kurang terjalin komunikasi, salah persepsi dan kurang memahami dan menghayati sistem yang berlaku di kedua keluarga," katanya.

Sesuai ajaran agama, lanjut dia, kedua belah pihak harus mengutus juru damai (hakim) dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan kasus tersebut. "Kita berharap kasus ini tidak mengganggu hubungan harmonis masyarakat kedua negara serumpun," ujarnya.

Sebelumnya Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Deplu RI Teguh Wardoyo mengatakan bahwa Deplu telah meminta Kementerian Luar Negeri Malaysia bersikap kooperatif dalam menangani kasus KDRT yang menimpa Manohara Odelia Pinot.

Ia mengaku, beberapa hari yang lalu, pihaknya telah berkirim surat kepada Kementerian Luar Negeri Malaysia untuk meminta pertanggungjawaban moral terhadap Fahkri.

Selain itu, pihaknya meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) menjalin komunikasi secara aktif dengan pemerintah Malaysia.

"Demikian halnya, kami yang di sini juga selalu menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta," katanya menambahkan.

Beberapa saat setelah menerima laporan dari pihak keluarga Manohara, Deplu sudah meminta Fahri untuk melaporkan kondisi Manohara di KBRI Kuala Lumpur atau KJRI Penang.

Tujuan pelaporan itu, lanjut dia, agar pihak keluarga Manohara bisa tenang dan tidak mengundang sentimen berlebihan terhadap pemerintah Malaysia.

Pemerintah Indonesia tidak bisa langsung mengatasi persoalan tersebut, lantaran sampai saat ini Manohara masih menjadi istri sah Fahri.

"Sangat tidak mungkin, kami langsung melakukan penjemputan. Kasus Manohara ini berbeda dengan kasus yang dialami para TKI dengan majikan," katanya menjelaskan.

Sementara itu Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta menilai kasus Manohara --yang dinikahkan ketika masih di bawah umur-- tak lepas dari kesalahan orangtua.

"Orangtua sudah seharusnya menjaga anaknya, kalau di bawah umur jangan (dinikahkan—red), apa lagi mereka kan bukan dari desa, tapi orang terpelajar," kata Meutia.(ant)


referensi:

www.korantempo.co.id

0

Pilihan Yang Tepat....



SIAPA yang tidak bangga apabila menatap kejayaan seorang gadis bernama Nik Nur Madihah Nik Mohd. Kamal, 18, meraih 20A dalam keputusan peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) 2008 yang diumumkan baru-baru ini.ucapan TAHNIAH buat Nik Nur Madihah Nik Mohd. Kamal, 18, bakal melanjutkan pelajaran ke Jordan University Science & Technology (JUST), awal September ini.

Di sebalik kejayaannya, kisah kecekalan dan ketabahan gadis manis itu turut menjadi bualan masyarakat. Sehinggakan ada yang tidak puas menatap dan membaca kisah hidupnya sekadar di dada akhbar. Beliau yang akan melanjutkan pelajaran dalam bidang fizik dengan tempoh pengajian selama empat tahun di negara tersebut telah membuat segala persediaan untuk ke Jordan diuruskan oleh Bank Negara Malaysia (BNM) yang menaja biasiswa saya.

"Pada 25 Mei ini, saya mula mengikuti kelas persediaan di Universiti Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam," katanya kepada pemberita selepas Program Ikon Inspirasi pada Pameran Minggu Saham Amanah Malaysia (MSAM) 2009 di sini semalam.

Dia turut ditemani bapanya, Nik Mohd. Kamal Hussein, 41.

Sementara itu, Nik Mohd. Kamal berkata, beliau gembira dengan keputusan Nik Nur Madihah untuk melanjutkan pelajaran ke JUST tetapi berasa sedih akan berpisah dengan anaknya.

Referensi:
http://www.kosmo.com.my/
http://www.utusan.com.my/utusan/info.
0

Pengertian Fiqih

Fiqih atau fiqh (bahasa Arab:???) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.[1] Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.

Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.

Etimologi
Dalam bahasa Arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah.

Masa Nabi Muhammad saw
Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan dan keimanan.

Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan sholat, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan [2], walaupun pada akhirnya akan kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.

Masa Khulafa ar Rasyidin
Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai pada masa berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih hidup. Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang masuk ke dalam agama Islam.

Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat, budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu. Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di Hadis maka para faqih ini melakukan ijtihad.[1]

Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.

Masa Awal Pertumbuhan Fiqih
Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan sampai sekitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an, Sunnah dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses musyawarah para faqih yang menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh Kekhalifahan Islam.

Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.

Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai menggunakan nalar dalam berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah Hijaz tempat Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah menggunakan pola yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para faqih termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana mereka berada. (Mh/MM)

Referensi:
http://mediamuslim.net/home/syariah/151-pengertian-fiqih.html
0

bermurah-murahlah dalam meletakkan mahar pernikahan wahai muslimah

Mahar adalah apa yang diberikan kepada isteri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan.

Imam ahmad meriwayatkan:

“Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (Hadis Riwayat Ahmad, di dalam Musnadnya, no. 23957. Dihasankan oleh sheikh al-Albani di dalam Sahihul Jami’, 2/251)

Di dalam riwayat lain memiliki tambahan yang menyatakan, “Iaitu, memudahkan rahimnya untuk melahirkan.”

Abu Daud meriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir r.a., ia mengatakan: “Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah.” (Hadis Riwayat Abu Daud, no. 2117, kitab an-Nikah. Dinyatakan al-Albani sebagai diterima menurut syarat imam Muslim di dalam al-Irwaa’, 6/345)

Dalam riwayat Ahmad:

“Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (Hadis Riwayat Ahmad di dalam Musnadnya, no. 24595)

Dalam hal ini, Sheikh ash-Shabuni menyatakan bahawa:

“Rasulullah s.a.w. tidak menyatakan: ‘Jika datang kepada kalian orang yang memilkijutaan ringgit, orang yang memiliki gedung, dan kenderaan atau putera fulan dan fulan.’ Tetapi Baginda menyatakan: ‘Siapa yang engkau redhai agama dan akhlaknya adalah prinsip dan landasan dalam urusan pernikahan. Sedangkan harta adalah persoalan kedua yang agak bersifat relatif pengaruhnya, bergantung kepada pengurusannya.

Sebagaimana perkataan penyair:

‘Aku tidak melihat kebahagiaan atas dasar mengumpulkan harta tetapi ketaqwaan itulah kebahagiaan yang sebenar.’” (Kita az-zawaaj al-Islami al-Mubakkir, no. 109)

Malah, dalam banyak riwayat yang lain, ada dinyatakan bahawa mahar itu diberi dalam pelbagai bentuk dan tidak semestinya berdasarkan wang, emas, atau perak. Ada yang hanya dengan mengislamkan wanita yang hendak dinikahi, ada yang dengan hanya mengajarkan hafazan surah-surah tertentu, dan saidina Ali sendiri dengan memberikan baju besi kepada Fatimah.
0

Mesti Tonton....Laskar Pelangi.


“Jangan pernah menyerah, hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya dan bukan menerima sebanyak-banyaknya”…..kata-kata yang takkan ku lupai dalam Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomena LASKAR PELANGI karya Andrea Hirata.


Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadiyah menjadi sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah akan ditutup.

Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian diberi nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak dilupakan.

5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing-masing, berjuang untuk terus boleh sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.

Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka cintai. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cubaan demi cubaan?

Filem ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia...mesti di tonton....

Dowlaod LASKAR PELANGI
0

Bersama Cinta Kita Berubah


Cinta dan kasih sayang adalah roh kehidupan dan sebagai tiang penguat keselamatan bagi umat manusia. Apabila kekuatan gravitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbuhan satu sama lain, sehingga terselamat dari kehancuran, terbakar atau berguguran maka perasaan cinta dan kasih sayang menjadi tali pengikat antara sesama manusia, sehingga tidak terjadi pertumbukan antara sesamanya yang dapat menghantarkan pada kehancuran.

Sehingga dikatakan “Seandainya cinta dan kasih sayang telah mempengaruhi dalam relung kehidupan, nescaya manusia tiada lagi memerlukan keadilan dan undang-undang.”

Mengapa ? Jika kita lihat dari hamparan alam semesta, sesungguhnya Allah menciptakan semuanya dalam naungan keseimbangan cinta dan kasih sayangnya. Sehingga tiada satu pun ciptaan Allah yang sia-sia. “Tidakkah engkau lihat dalam ciptaan Tuhan yang pemurah itu serba teratur.”(Al Mulk : 3). Bila kita perhatikan dan renungkan dengan saksama, terciptanya manusia pun adalah hasil pertautan cinta dan kasih sayang dua insan yang memadu cinta (An-Nisa’: 1)

Cinta adalah satu-satunya mutiara yang dapat memberikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Kita mencintai segala sesuatu dan segenap insan, bahkan mencintai kesulitan, rintangan dan tribulasi kehidupan yang menghadang di sekitar kita sebagaimana kita mencintai nikmat dan kesenangan. Kerana rintangan dapat membangunkan semangat dan melahirkan kekuatan untuk menghadapi tantangan, menggerakkan dan membangkitkan jiwa untuk berbuat dan bertindak. Maka dengan cintalah seharusnya manusia bertindak, cinta dalam arti yang hakiki. Kenikmatan dan penderitaan muncul akibat mendapatkan yang cocok dan yang meleset.

Cinta, kata Syaikh Jasim Badr al Muthawwi’ adalah jalan pintas menuju perubahan. Betapa banyak jiwa yang berubah menjadi baik disebabkan oleh cinta. Berapa banyak akal yang terbenahi dikeranakan oleh cinta? Akan tetapi betapa tidak sedikit jiwa yang linglung (lupa segala-galanya) dan hilang keseimbangan juga ‘gara-gara’ cinta? Dan betapa banyak lagi akal yang gila karena terserang virus cinta ?

Al Ash bin Rabi’, suami Zainab binti Muhammad saw, lari dari kota Mekkah kerana lari dari Islam. Akhirnya Zainab menulis surat padanya kerana dorongan rasa cinta, dan kembalilah Al Ash memenuhi panggilan cinta dan masuk Islam.

Thufail bin Umar Ad-Dausi, ketika telah memeluk Islam, isterinya pun datang menghampiri. Namun ia melarangnya seraya berkata, “Engkau telah menjadi haram bagiku!” “Mengapa” Tanya isterinya hairan. “Aku telah memeluk islam”, jawabnya. Maka sang isteri pun berkata, “Aku telah menjadi bagian dari dirimu dan engkau telah menjadi bagian dari diriku. Agamamu adalah agamaku, maka akupun memeluk Islam.” Itulah pernyataan keisalaman secara sedar dan murni kerana dorongan cinta.

Itulah tanda bukti cinta bahwa ia tunduk kepada orang yang dicinta dan mendahulukannya daripada kepentingan sendiri. Namun menurut Ibnu Qayyim cinta seseorang terhadap orang lain sejatinya untuk dirinya sendiri. Yakni meraup nikmat cinta untuk dirinya.

Bila kita cinta Allah, maka Allah pun akan mencintai kita dan melimpahkan rahmat serta redha-Nya. Bila kita cinta Rasulullah s.a.w tentu kita berharap mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Maka bila Anda cinta diri anda, selamatkan diri Anda dan berubahlah sejak sekarang. Allahu A’lam. (Ns)/Sumber : Tarbiyah Dzatiyah )
0

Menyayangi Diri Sendiri

5 Langkah Menyayangi Diri Sendiri

Bagaimana kita boleh sayang kepada sesama kalau kita belum menyayangi diri kita sendiri. Menyayangi diri sendiri ini sifatnya bukan fisik, namun rohani kita. 5 langkah tersebut kemudian dikenal dengan 5 M.

  1. Mujahadah
  2. Mu’aqabah
  3. Muhasabah
  4. Muraqabah
  5. Mu’ahadah

* MU’AHADAH

- Mu’ahadah berarti meneguhkan kembali janji – janji kita kepada Allah Ta’ala.

Meneguhkan = perjanjian kita dengan Allah sudah terjadi. Umumnya, kalau kelamaan akhirnya lupa. Bila kita merasa janji kepada Allah ?. iaitu saat masih di rahim ibu.

“Bukankah Aku ini Rabbmu?. Jawab kita, Ya, Engkau adalah Tuhanku, dan aku juga berikrar laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah.

- Mu’ahadah berarti menyesali dosa dan salah yang sudah diperbuat.

Dosa dan salah :

(1). Dosa Aqidah

: Berupa menipisnya keyakinan akan adanya Allah Ta’ala dengan segala kesempurnaan yang dimiliki-Nya.

Contoh : Berniaga, tidak laku. Khawatir…esok nak makan apa ya?. Berarti keyakinan menipis bahwa rezeki itu adalah dari Allah.

Dosa Aqidah ini ada 2, yang menyebabkan :

· Keluar Islam (murtad), ex: keyakinan kepada Allah menipis, akhirnya melakukan syirik.

· Tetap Islam,ex: keyakinan akan kesembuhannya dari doktor, padahal atas se-izin Allah lewat doktor tersebut.

(2). Dosa Syari’ah

: Berupa meninggalkan perintah Allah Ta’ala / melanggar larangannya.

Menyebabkan allah tidak redha, dan boleh menjadi hijab pertolongan dari Allah Ta’ala.

Contoh : Berdagang mesti mahunya untung (dengan menipu). Tapi jadinya malah buntung (rugi), kalaupun ada yang menipu tapi untungnya amlah berlipat, itu bahkan sangat dimurkai oleh Allah.

(3). Dosa Akhlak

: Berupa sifat - sifat buruk yang tersimpan di dalam hati. Contoh : benci, cinta karena syahwat, menyenangi dunia dan lupa akhirat. Dosa akhlak muncul ketika seseorang dalam keadaan sakaratul maut. Bahwa seorang akan mati sesuai kebiasaannya. Kebiasaan itu = akhlak. Misal kita adalah orang yang suka senyum karena keikhlasan, tulus, dengan hati lapang, maka kita akan meninggal dalam keadaan senyum, insya Allah.

Kes Nyata : Ada kemalangan sama – sama kereta. Kereta ke-1 ditumpangi oleh satu orang, kereta yang ke-2 ditumpangi oeh 2 pemuda. Penumpang kereta ke-1 langsung meninggal, sedangkan penumpang mobil ke-2 masih berlumuran darah. Kemudian ditolong oleh orang – orang untuk dikeluarkan dari kereta kemudian dibaringkan. Saat – saat menjelang kematian mereka ada seseorang yang membisikkan kalimah laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah…ke telinga kedua pemuda tersebut. Namun, terdengar suara dari keduanya “…kamu ketahuan…”, rupanya itu adalah lirik dari sebuah lagu. Astaghfirullah…jangan nyanyi, ucapkanlah laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah…Suara mereka memang nampaknya semakin tidak terdengar, inna lillahi…mereka sudah meninggal sebelum mengucapkan kalimah suci itu.

- Mu’ahadah berarti merasakan bahwa di dunia ini tiada apapun dan siapapun kecuali Allah ta’ala.

Segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini hanyalah bukti dan tanda akan adanya allah ta’a dengan segala kemampuan yang dimiliki-Nya.

- Mu’ahadah berarti tidak menggantungkan harapan kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.

- Mu’ahadah berarti tidak tunduk dan patuh kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.

- Mu’ahadah berarti menjadikan Rasulullah Muhammad SAW satu – satunya panutan/teladan/idola hidup kita.

* MURAQABAH

: Selalu merasakan pengawasan Allah Ta’ala atas semua perbuatan kita.

Abdul Qasim Al Junaidi pernah ditanya, bagaimana caranya agar mudah menundukkan pandangan?. Kemudian beliau menjawab, dengan pengetahuan bahwa penglihatan Yang Maha Melihat adalah lebih cepat dari penglihatanmu.

Seperti kisah Umar dengan salah satu pembantunya yang bertemu dengan penggembala kambing yang jumlah dari kambingnya itu sangat besar. Kemudian Umar berkata (untuk menguji), hai penggembala, juallah kambingmu satu saja kepadaku. Penggembala menjawab, tapi ini adalah kambing majikanku. Umar berkata lagi, katakanlah kepada majikanmu satu kambingnya telah dimakan serigala. Penggembala sambil menunjukkan tangannya ke langit seraya berkata, lalu, dimanakah Allah?. Umar menangis, dan kemudian memberikan hadiah yang besar kepada penggembala tersebut.

Menurut Abdullah Ibnu Mubarak, muraqabah adalah jadilah kamu seolah – olah bersama allah, diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada satu tempat persembunyian pun yang terlewat dari pengawasan Allah.

* MUHASABAH

: Menengok ke belakang untuk mengevaluasi (melihat) setiap tindak tanduk perbuatan kita.

· Muhasabah tingkatan pertama / utama : mengevaluasi amal – amal yang baru saja dilakukan. Misalnya, sehabis solat, dzikir, doa, muhasabah. Atau bahkan sesudah solat langsung bermuhasabah, tadi solatku apa yang kurang ya? Dicatat, biar tersurat ataupun tersirat.

· Muhasabah tingkatan kedua : mengevaluasi harian. Misalnya, menjelang tidur, terus bangun tidur, apa yang dilakukan.

· Tingakatan ketiga: ukuran pekanan. Ini membuat kita lupa kesalahan – kesalahan kita karena terlalu lama.

Terkadang muhasabah akan lebih bagus disaat dimuhasabahi oleh orang lain.

* MU’AQABAH

: Menghukum diri akibat berbuat salah dan dosa.

Tidak menunggu hukuman dari orang lain. Mu’aqabah yang baik adalah dari diri sendiri., bisasanya bentuknya adalah penyesalan.

Contoh : Saat Umar jalan – jalan memandangi kebun kurmanya. Melihat matahari sudah tinggi, dia khawatir jangan – jangan sudah waktu solat. Namun setelah sampai di masjid, Umar menjumpai orang – orang yang sudah pada keluar dari sana. Ternyata sudah selesai solat jama’ahnya. Maka sebagai hukuman atas kelalaiannya, ia menyedekahkan semua kebun kurmanya.

* MUJAHADAH

: Melipatgandakan kesungguhan kita untuk istiqamah di atas jalan menuju surga, sesulit apapun jalan ke sana.

QS. Al Ankabut : 69

Oleh : Ustad Syatori Abdurrouf
0

Nukilanku buat teman-temanku semua…

Betapa beruntungnya diri ini bila kita dikurniakan sahabat yang mempunyai ciri-ciri persahabatan yang memahami satu sama lain… Berdoalah moga kita dikurniakan sahabat demikian..INSYALLAH. Untungnya mempunyai seorang sahabat yang sentiasa memahami, yang selalu berada disisi pada waktu kita memerlukannya. Dia mendengar luahan perasaan kita, segala rasa kecewa dan ketakutan. Harapan dan impian juga kita luahkan. Dia memberi jalan sebagai laluan penyelesaian masalah.

Selalu kita terlalu asyik menceritakan tentang diri kita hingga kadang-kadang kita terlupa juga ada cerita yang ingin dikongsi bersama…pernahkah kita memberi dia peluang untuk menceritakan tentang rasa bimbangnya, rasa takutnya??

Pernahkah kita menenangkan dia sebagaimana dia pernah menyabarkan kita. Dapatkah kita yakinkan dia yang kita boleh dipercayai, kita boleh dijadikan tempat untuk bersandar bila terasa lemah agar tidak rebah?? Bolehkah kita menjadi bahu untuk dia bersandar harapan? Sesekali jadilah sahabat yang mendengar dari yang hanya bercerita???

Ambilah masa untuk memahami hati dan perasaan sahabat, kerana dia juga seorang manusia, dia juga ada rasa takut, ada rasa bimbang, sedih dan kecewa, malah dia juga mempunyai kelemahan dan memerlukan seorang sahabat…

Sebagai kekuatan jadilah antara kita sahabatnya itu. Kita selalu melihat dia ketawa, tetapi mungkin sebenarnya dia tidak setabah yang kita sangkakan…di sebalik senyumannya mungkin banyak cerita sedih yang ingin diluahkan…di sebalik kesenangannya mungkin tersimpan seribu kekalutan…kita tidak tahu. Tetapi jika kita cuba jadi sahabat sepertinya, mungkin kita akan tahu….Imam Syafie pernah menceritakan kisahnya dalam mencari sahabat…apabila tidak kutemui sahabatku yang taqwa, lebih baik aku hidup menyendiri daripada aku harus bergaul dengan orang jahat….Oooohh…sukarnya mencari seorang sahabat yang sejati. Tenanglah engkau dalam menghadapi perjalanan zaman ini serta dengan penuh kesabaran dihati, moga engkau kan kutemui jua. Bersikap sabar seperti seorang ulama’ dalam menghadapi karenah manusia. Peliharalah kasih sayangmu terhadap mereka. Maka, kelak kamu akan memperoleh kebaikannya….HARGAILAH SEBUAH PERSAHABATAN KERANA DISEBALIKNYA TERSIMPUL SERIBU MEMORI…

0

Bagaimanakah Bentuk Hatimu???



Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?". Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan". "Ya", kata pak tua itu," hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, lalu merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.

Bagaimanakah bentuk hatimu..?????

As long as we have memories, yesterday remains..

As long as we have hope, tomorrow awaits..

As long as we have friendship, each day is never a waste.

0

Menuju Jalan Yang Lurus...




Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, ”Seandainya bukan karena sedemikian besar keperluan hamba untuk memohon hidayah siang dan malam, niscaya Allah ta’ala tidak perlu membimbing hamba-Nya untuk melakukan hal ini. Karena sesungguhnya setiap hamba sangat memerlukan pertolongan Allah ta’ala di sepanjang waktu dan keadaan agar petunjuk itu tetap terjaga dengan sempurna,dan semakin faham, meningkat, dan agar dia terus berada di atasnya…” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, I/37)

Syaikhul Islam rahimahullah berkata : Seorang hamba senantiasa memerlukan hidayah Allah untuk melalui jalan yang lurus. Maka dari itu dia sangat memerlukan agar maksud di sebalik doa ini (yaitu ‘ihdinash shirathal mustaqim’). Karena sesungguhnya tidak ada seorang pun yang akan selamat dari azab dan beroleh kebahagiaan kecuali dengan hidayah ini. Barangsiapa yang kehilangan hidayah maka dia akan termasuk golongan orang yang dimurkai atau golongan orang yang sesat. Dan petunjuk ini tidak akan diraih kecuali dengan taufik dari Allah. Ayat ini pun menjadi salah satu senjata menolak kesesatan mazhab Qadariyah.

Adapun pertanyaan orang : ‘Sesungguhnya Allah telah memberikan hidayah kepada mereka (umat Islam) oleh sebab itu mereka tidak perlu meminta hidayah’ beserta jawaban orang untuk pertanyaan itu bahwa ‘yang dimaksud dengan ayat ini adalah permintaan agar hidayah itu terus menerus menyertai hamba’, maka itu semua merupakan ucapan orang yang tidak memahami hakekat hukum sebab akibat dan tidak mengerti isi perintah Allah. Karena sesungguhnya hakekat jalan yang lurus (shirathal mustaqim) itu adalah seorang hamba melakukan perintah Allah yang tepat di setiap waktu yang dijalaninya baik hal itu ilmu maupun amal, dan dia tidak terjerumus kepada larangan Allah.

Inilah hidayah yang sangat diperlukan di setiap saat agar mendapat ilmu dan beramal sebagaimana apa yang diperintahkan Allah serta meninggalkan larangan-Nya pada kesempatan tersebut. Dan hidayah itu pun sangat diperlukan hamba agar dapat keyakinan yang bulat dalam rangka menjalankan perintah. Demikian pula halnya diperlukan rasa benci yang amat dalam agar dapat meninggalkan hal-hal yang dilarang. Apalagi ilmu dan tekad yang lebih khusus ini sangat sulit untuk dimiliki seseorang di saat yang sama.

Bahkan di sepanjang waktu hamba sangat berkehendakan pertolongan Allah swt untuk mengaruniakan ilmu dan tekad ke dalam hatinya sehingga dia akan dapat berjalan di atas jalan yang lurus. Memang benar, bahwa seorang muslim telah memperoleh petunjuk umum yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah haq, Rasul pun haq dan agama Islam adalah benar. Anggapan itu memang benar. Akan tetapi petunjuk yang masih bersifat umum ini belumlah cukup baginya apabila dia tidak mendapatkan petunjuk yang lebih halus dalam menyikapi segala perkara juz’iyaat (persoalan cabang) yang diperintahkan kepadanya dan dilarang darinya dimana umumnya akal manusia mengalami kebingungan dalam hal itu. Sehingga hawa nafsu dan syahwat mengalahkan diri mereka dikarenakan hawa nafsu dan syahwat itu telah mendominasi akal-akal mereka.

Pada asalnya manusia itu dicipta sebagai makhluk yang suka berbuat zalim lagi bodoh. Sehingga sejak dari permulaan manusia itu memang tidak punya ilmu dan cenderung melakukan hal-hal yang disenangi oleh hawa nafsunya yang buruk. Oleh sebab itu dia sentiasa memerlukan ilmu yang lebih luas untuk menolak dan mengikis kebodohan dirinya. Selain itu dia juga memerlukan sikap adil dalam mengendalikan rasa cinta dan benci, dalam mengendalikan ridha dan marah, dalam mengendalikan diri untuk melakukan dan meninggalkan sesuatu, dalam mengendalikan diri untuk memberikan dan tidak kepada seseorang, dalam hal makan dan minumnya, dalam keadaan tidur dan terjaga.

Maka segala sesuatu yang hendak diucapkan atau dilakukannya memerlukan ilmu yang membuka kejahilannya dan sikap adil yang menyingkirkan kezalimannya. Apabila Allah tidak menganugerahkan kepadanya ilmu serta sikap adil yang lebih sempurna -sebab jika tidak demikian- maka di dalam dirinya tetap akan tersisa kebodohan dan kezaliman yang akan menyeretnya keluar dari jalan yang lurus.

Allah ta’ala berfirman terhadap Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudah terjadinya perjanjian Hudaibiyah dan Bai’at Ridhwan (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan kepadamu dengan kemenangan yang nyata.” hingga firman-Nya, “Dan Allah menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.” (QS. Al-Fath : 1-2). Kalau keadaan beliau di akhir hidupnya atau menjelang wafatnya saja seperti ini (tetap memerlukan hidayah-pent) maka bagaimanakah lagi keadaan orang selain beliau ? [Majmu’ Fatawa. Islamspirit.com]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan, ”Jalan yang lurus ini adalah jalannya orang-orang yang diberi kenikmatan khusus oleh Allah, yaitu jalannya para nabi, orang-orang yang shiddiq, para syuhada dan orang-orang shalih. Bukan jalannya orang yang dimurkai, yang mereka mengetahui kebenaran namun sengaja mencampakkannya seperti halnya kaum Yahudi dan orang-orang seumpama mereka. Dan jalan ini bukanlah jalan yang ditempuh orang yang sesat; yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan mereka, seperti halnya kaum Nasrani dan orang-orang seperti mereka.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 39).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al ‘Ankabut [29] : 69).

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Allah subhanahu mengaitkan hidayah dengan jihad (kesungguh-sungguhan). Maka orang yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling besar jihad-Nya dan jihad ini adalah berjihad untuk menundukkan diri sendiri, melawan hawa nafsu, memerangi syaitan, dan menundukkan urusan keduniaan. Barang siapa yang berjihad melawan keempat hal ini di atas petunjuk Allah maka Allah akan menunjukkan kepada-Nya berbagai jalan untuk menggapai keridhaan-Nya dan akan mengantarkan dirinya menuju ke dalam surga-Nya. Dan barang siapa yang meninggalkan jihad, maka akan luput pula darinya petunjuk sepertimana dengan jihad yang ditinggalkannya. Al Junaid mengatakan,”Orang-orang yang berjihad menundukkan hawa nafsu mereka di atas jalan Kami dengan senantiasa bertaubat, maka Kami akan menunjukkan kepadanya jalan-jalan keikhlasan, dan tidak mungkin sanggup berjihad menghadapi musuh yang ada di hadapannya kecuali orang yang telah berjihad menundukkan musuh-musuh ini di dalam dirinya…” (Al Fawa’id, hal. 58).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka apabila mereka tidak memenuhi seruanmu (wahai Muhammad), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al Qashash [28] : 50).

Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa semua orang yang tidak mau memenuhi seruan Rasul dan justru menganut pendapat yang menyelisihi ucapan Rasul maka dia tidaklah bermadzhabkan bimbingan hidayah akan tetapi madzhabnya adalah hawa nafsu. Orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang yang zalim telah menjadi sikap hidupnya dan suka menentang (kebenaran) telah melekat dalam perangainya. Ketika hidayah menyapa, mereka justru menolaknya. Mereka lebih senang menuruti kemauan hawa nafsunya. Mereka sendirilah yang menutup pintu-pintu dan jalan menuju hidayah. Mereka justru membuka pintu-pintu kesesatan dan jalan menuju ke sana. Mereka menutup mata dan tidak mau tahu, padahal mereka telah tenggelam dalam kesesatan dan penyimpangan. Mereka terombang-ambing, hidup di ambang kehancuran (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 618).

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitana, wa hablanaa min ladunka rahmah. Innaka anta al-Wahhaab [lihat doa ini dalam QS. Ali Imran : 8].

0

Ahlan Wa Sahlan.....

Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Bikum….Alhamdulillah dengan lafaz yang Mulia ana ucapkan pada pencipta serta Rasul-Nya dan para da’ie yang memperjuang ISLAM….dengan rasa syukur-Nya ana ucapkan buat diri ana kerana dapat jua ana membuat blog ana sendiri yang sudah lama ana impikan….untuk pengetahuan para sahabat ana semua..ini blog ana baru upgrade kerana kelahiran blog ana sudah lama ana buat Cuma ana tidak aktif dan mengeditkan blog ana….blog ana dahulu dikenali sebagai SARWATUL QALBIEY…yakni Kekayaan Hati…tapi sekarang ana ubah kepada IBNU QAIS – JALAN YANG LURUS…dengan kehadiran blog ini dan sahabat-sahabat ana yang lain dapatlah kita mengembangkan wasilah-wasilah dakwah melalui Alam Maya ini…

Justeru itu, dengan adanya blog-blog ini akan memberikan manfaat, faedah, menambahkan ilmu pengetahuan serta jati diri kita semua dalam meyebarkan risalah-risalah Islam…tanpa segan ana mohon kepada sahabat-sahabat yang luas dalam pengalaman di ruang blog, ana mengharapkan tunjuk ajar semoga budaya kerjasama dan bantu membantu menjadi amalan dalam kehidupan kita….

Akhirulkalam…ana ucapkan jazakallah khairan katsiran kepada para da’ie, sahabat-sahabat serta yang melayari dan mengunjungi blog ini agar memberi saranan, kritikan serta komentar yang mendidik dalam memperbaiki diri kita semua…syukran…(^_^)

Laman Sahabat

Bicara UKHUWWAH

ShoutMix chat widget

Followers

About Me

Foto Saya
ibnu qais
Dilahir di Kampung tercinta di Desa Permai Pagut pada tanggal 18 Mei 1986 pada jam 08.55pm bersamaan 9 Ramadhan 1406 Hijrah iaitu jatuh pada hari Ahad. Mendapat pendidikan awal di Sekolah Agama (Arab) Al-Ittihadiah Tanjung Pagar, Ketereh.Kemudian melanjutkan ke pengajian menengah di Sekolah Menengah Agama (Arab) Darul Aman, Kok Lanas dari 1999-2002, sekarang dikenali Ma'had Tahfiz Sains Nurul Iman. Setelah itu saya berhijrah ke Sekolah Menengah Agama (Arab) Azhariah, Melor. Setelah tamat, saya mendapat tawaran melanjutkan pengajian ke peringkat diploma bidang syariah di Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS),Kelantan (2005-2008) dan sekarang melanjutkan pengajian sarjana di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Nanggroe Acheh Darussalam, Republik Indonesia,dalam Fakultas Syariah Jurusan Ahwalul Syakhsiyyah(Hukum Keluarga Islam). Sebarang pandangan emailkan kepada yiez_almaqdisi@yahoo.com @ ibnqais@gmail.com.
Lihat profil lengkap saya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ultimos Comentarios

 
Copyright © Jalan Yang Lurus