Memilih Pendamping Hidup Ideal dan Islami

PERNIKAHAN merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan muslim. Betapa tidak, pernikahan adalah proses penyempurna keimanan seorang muslim, dan juga menjadi cara paling nutral untuk mendapatkan pasangan dan kesenangan dalam hidup. Semua sepakat dalam hal ini. Tapi yang menjadi pertanyaan bagi para muslimah adalah bagaimana tipikal belahan jiwa alias soulmate seperti yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya?




Sebelum pertanyaan tersebut terjawab, ada pertanyaan penting yang harus kalian tanyakan kepada diri kalian sendiri, sebelum memulai untuk membukakan pintu hati kalian bagi calon pasangan hidup. iaitu, “Apakah kalian sudah siap untuk menikah?” Mungkin banyak teman kalian yang secara emosional sudah siap untuk mengambil pasangan hidup. Namun mesti di ingat, pernikahan pun menescayakan berbagai tanggung awab secara spiritual, emosional, dan finansial yang menuntut komitmen tinggi dan ekspektasi yang realistis. Ketika kalian memutuskan siap untuk menikah, maka merujuklah kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah untuk mencari petunjuk tentang karakteristik pendamping hidup menurut syari'at.


Pernikahan meliputi kasih sayang, sikap saling menghargai (apresiasi), rasa cinta, belas kasih, rasa kasihan, redha, ikhlas dan lain sebagainya. Semua hal tersebut boleh didapatkan dan dipelajari dalam berbagai cara, salah satunya adalah berdiskusi dengan orang-orang yang sudah menjalani pernikahan. Dan hal-hal tersebut akan dengan mudah didapatkan jika kalian dan pasangan memiliki wawasan keislaman yang utuh. Dengan demikian, ketakwaan pendamping hidup menjadi faktor kunci dalam kebahagiaan rumah tangga kelak.
...Banyak wanita yang lebih memilih calon pasangan hidup yang cemerlang dalam hal-hal keduniaan...
Banyak wanita yang sulit sekali untuk memilih calon suami atau pendamping hidup yang cocok dalam segala hal. Mereka lebih memilih calon pasangan hidup yang cemerlang dalam hal-hal keduniaan. Padahal sejatinya hanya ada satu tolak ukur yang tidak akan berubah dan tak akan tergantikan, meski zaman telah barubah. iaitu tolak ukur ketakwaan. Sebab hal tersebutlah yang akan diredhai Allah dan menjadikan pernikahan penuh berkah.

Oleh kerana itu, hendaklah para muslimah, orangtua, atau wali mereka mempertimbangkan sosok lelaki yang bertakwa, meskipun secara faktor duniawi biasa-biasa saja. Ini mengingat, laki-laki yang soleh dan bertakwa lebih utama dari laki-laki yang tidak berakhlak, meskipun mereka memiliki rumah-rumah yang terbuat dari emas dan perak. Pasalnya, kepemilikan harta berlimpah tanpa ketakwaan berpotensi merosak kan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW pun bersabda, “Jika datang kepada kalian seorang laki-laki yang engkau redhai (faham) agama dan baik ahklaknya, maka nikahkanlah dia. Jika engkau tidak melakukannya, maka akan timbul fitnah dan kerosakan di muka bumi.”

Jika dilihat sejarah zaman, seorang lelaki Abdurrahman bin Auf yang  orang kaya di kalangan kabilah Quraisy rela menikah dengan Bilal, seorang budak dari Habasyah, namun memiliki kesolehan dan akhlak terpuji.
…saudari Abdurrahman bin Auf yang orang kaya di kalangan kabilah Quraisy rela menikah dengan Bilal, seorang budak dari Habasyah, namun memiliki keshalihan dan akhlak terpuji….
Tengoklah Sa’id bin Al-Musayyib, seorang tabi'in yang menolak untuk menikahkan anak perempuannya kepada seorang penguasa. Dikutip dari buku Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, Shabah Said menulis, “Dia (Sa’id bin Al-Musayyib) malah menikahkan puterinya dengan orang fakir yang bertakwa yang hanya memiliki dua dirham untuk membayar mahar puterinya.”

Puteri Al-Musayyib itu pun menetap di rumah suaminya yang rajin menghadiri majeis ilmu ayah mertuanya, Sa’id bin Al-Musayyib. Puteri Al-Musayyib pernah berkata kepada suaminya, “Mohon duduklah wahai suamiku, aku akan ajarkan engkau ilmu dari ayahku, Sa’id.” Dalam kisah ini terdapat pelajaran bahwa seorang ayah yang alim dan ahli fikih seperti Sa’id senantiasa mengajari putreinya ilmu (tauhid), fikih, dan akhlak. Sehingga tertanam di hati puterinya perasaan redha untuk menikah dengan seorang laki-laki yang soleh dan bertakwa, meski suaminya adalah orang miskin.

Para muslimah harus menyadari bahwa orangtua yang cerdas akan berpikir bahwa kalian adalah amanah bagi keduanya. Orangtua demikian akan memilihkan seorang calon suami yang akidahnya lurus dan berakhlak mulia. Ini mengingat, jika orangtua menikahkan puterinya dengan seorang laki-laki berakhlak bejat (tidak  baik) dan fasik hanya kerana mengharapkan kehormatan atau harta, maka dia sama saja telah berbuat jahat kepada anak gadisnya.

Inilah mengapa orang-orang soleh terdahulu mewanti-wanti agar setiap muslimah menikah dengan laki-laki soleh dan baik pemahaman agamanya. Masih dalam Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, dikisahkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Hasan Al-Bashri, “Banyak orang yang telah mendatangiku untuk meminang puteriku, lantas kepada siapakah aku menikahkan puteriku?”
…Nikahkanlah dengan orang yang bertakwa. Sebab jika orang tersebut mencintainya, dia akan memuliakannya, namun jika dia tidak mencintainya, paling tidak dia tidak akan menzaliminya…

Hasan Al-Bashri menjawab, “Nikahkanlah dengan orang yang bertakwa. Sebab jika orang tersebut mencintainya, dia akan memuliakannya, namun jika dia tidak mencintainya, paling tidak dia tidak akan menzaliminya.” Dengan demikian, anjuran Islam kepada para muslimah untuk mencari pasangan hidup yang soleh merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada mereka. Tidak ada penghormatan yang lebih tinggi melebihi penghormatan Islam kepada kemuliaan wanita

0 ulasan:

Laman Sahabat

Bicara UKHUWWAH

ShoutMix chat widget

Followers

About Me

Foto Saya
ibnu qais
Dilahir di Kampung tercinta di Desa Permai Pagut pada tanggal 18 Mei 1986 pada jam 08.55pm bersamaan 9 Ramadhan 1406 Hijrah iaitu jatuh pada hari Ahad. Mendapat pendidikan awal di Sekolah Agama (Arab) Al-Ittihadiah Tanjung Pagar, Ketereh.Kemudian melanjutkan ke pengajian menengah di Sekolah Menengah Agama (Arab) Darul Aman, Kok Lanas dari 1999-2002, sekarang dikenali Ma'had Tahfiz Sains Nurul Iman. Setelah itu saya berhijrah ke Sekolah Menengah Agama (Arab) Azhariah, Melor. Setelah tamat, saya mendapat tawaran melanjutkan pengajian ke peringkat diploma bidang syariah di Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS),Kelantan (2005-2008) dan sekarang melanjutkan pengajian sarjana di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Nanggroe Acheh Darussalam, Republik Indonesia,dalam Fakultas Syariah Jurusan Ahwalul Syakhsiyyah(Hukum Keluarga Islam). Sebarang pandangan emailkan kepada yiez_almaqdisi@yahoo.com @ ibnqais@gmail.com.
Lihat profil lengkap saya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ultimos Comentarios

 
Copyright © Jalan Yang Lurus