
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ali `Imran: 14).
Segala macam kesenangan dunia yang disebutkan dalam ayat di atas terbukti sungguh menyilaukan mata manusia. Siapa saja. Bukan hanya rakyat jelata, tetapi juga raja-raja. Untuk mendapatkan itu semua, seorang yang berstatus raja bisa berperangai layaknya seorang yang hina, dan bahkan lebih hina dari itu. Di sinilah diingatkan agar siapapun memperkuat kendali diri agar tidak mudah terjerumus dalam melakukan perbuatan yang berdosa.
Lebih-lebih dalam sejarahnya, dalam keluarga Nabi Adam saja, terdapat anaknya yang melakukan kejahatan dalam memperebutkan wanita, yaitu yang bernama Qabil. Ia benar-benar kehilangan kendali. Akal sehatnya hilang. Rasa ibanya musnah. Tak kenal lagi saudara, sehingga tega membunuh saudara kandungnya sendiri, Habil, demi memperebutkan Iklima yang rupawan. Perselisihan-perselisihan semacam itu terus-menerus terjadi hingga kini dan bahkan hingga berakhirnya umur dunia ini, terutama dalam memperebutkan kesenangan dunia. Ini suatu pertanda, betapa berat manusia dalam mengendalikan diri dari kecintaannya yang berlebihan pada segala macam kesenangan dunia.
Sebagai kendalinya, Rasulullah s.a.w. pernah mengajak kita ummatnya agar pandai membawa diri. Yaitu, senantiasa melihat ke bawah bila berkenaan dengan harta dunia, yaitu pada orang-orang yang memiliki harta lebih sedikit dari kita. Jangan melihat ke atas. Cara ini bukan hanya bisa menenteramkan hati, tetapi juga menambah rasa syukur kita kepada Allah atas segala rahmat yang telah diberikanNya kepada kita.
0 ulasan:
Catat Ulasan