5 Langkah Menyayangi Diri Sendiri
Bagaimana kita boleh sayang kepada sesama kalau kita belum menyayangi diri kita sendiri. Menyayangi diri sendiri ini sifatnya bukan fisik, namun rohani kita. 5 langkah tersebut kemudian dikenal dengan 5 M.
* MU’AHADAH
- Mu’ahadah berarti meneguhkan kembali janji – janji kita kepada Allah Ta’ala.
Meneguhkan = perjanjian kita dengan Allah sudah terjadi. Umumnya, kalau kelamaan akhirnya lupa. Bila kita merasa janji kepada Allah ?. iaitu saat masih di rahim ibu.
“Bukankah Aku ini Rabbmu?. Jawab kita, Ya, Engkau adalah Tuhanku, dan aku juga berikrar laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. ”
- Mu’ahadah berarti menyesali dosa dan salah yang sudah diperbuat.
Dosa dan salah :
(1). Dosa Aqidah
: Berupa menipisnya keyakinan akan adanya Allah Ta’ala dengan segala kesempurnaan yang dimiliki-Nya.
Contoh : Berniaga, tidak laku. Khawatir…esok nak makan apa ya?. Berarti keyakinan menipis bahwa rezeki itu adalah dari Allah.
Dosa Aqidah ini ada 2, yang menyebabkan :
· Keluar Islam (murtad), ex: keyakinan kepada Allah menipis, akhirnya melakukan syirik.
· Tetap Islam,ex: keyakinan akan kesembuhannya dari doktor, padahal atas se-izin Allah lewat doktor tersebut.
(2). Dosa Syari’ah
: Berupa meninggalkan perintah Allah Ta’ala / melanggar larangannya.
Menyebabkan allah tidak redha, dan boleh menjadi hijab pertolongan dari Allah Ta’ala.
Contoh : Berdagang mesti mahunya untung (dengan menipu). Tapi jadinya malah buntung (rugi), kalaupun ada yang menipu tapi untungnya amlah berlipat, itu bahkan sangat dimurkai oleh Allah.
(3). Dosa Akhlak
: Berupa sifat - sifat buruk yang tersimpan di dalam hati. Contoh : benci, cinta karena syahwat, menyenangi dunia dan lupa akhirat. Dosa akhlak muncul ketika seseorang dalam keadaan sakaratul maut. Bahwa seorang akan mati sesuai kebiasaannya. Kebiasaan itu = akhlak. Misal kita adalah orang yang suka senyum karena keikhlasan, tulus, dengan hati lapang, maka kita akan meninggal dalam keadaan senyum, insya Allah.
Kes Nyata :
- Mu’ahadah berarti merasakan bahwa di dunia ini tiada apapun dan siapapun kecuali Allah ta’ala.
Segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini hanyalah bukti dan tanda akan adanya allah ta’a dengan segala kemampuan yang dimiliki-Nya.
- Mu’ahadah berarti tidak menggantungkan harapan kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
- Mu’ahadah berarti tidak tunduk dan patuh kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
- Mu’ahadah berarti menjadikan Rasulullah Muhammad SAW satu – satunya panutan/teladan/idola hidup kita.
* MURAQABAH
: Selalu merasakan pengawasan Allah Ta’ala atas semua perbuatan kita.
Abdul Qasim Al Junaidi pernah ditanya, bagaimana caranya agar mudah menundukkan pandangan?. Kemudian beliau menjawab, dengan pengetahuan bahwa penglihatan Yang Maha Melihat adalah lebih cepat dari penglihatanmu.
Seperti kisah Umar dengan salah satu pembantunya yang bertemu dengan penggembala kambing yang jumlah dari kambingnya itu sangat besar. Kemudian Umar berkata (untuk menguji), hai penggembala, juallah kambingmu satu saja kepadaku. Penggembala menjawab, tapi ini adalah kambing majikanku. Umar berkata lagi, katakanlah kepada majikanmu satu kambingnya telah dimakan serigala. Penggembala sambil menunjukkan tangannya ke langit seraya berkata, lalu, dimanakah Allah?. Umar menangis, dan kemudian memberikan hadiah yang besar kepada penggembala tersebut.
Menurut Abdullah Ibnu Mubarak, muraqabah adalah jadilah kamu seolah – olah bersama allah, diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada satu tempat persembunyian pun yang terlewat dari pengawasan Allah.
* MUHASABAH
: Menengok ke belakang untuk mengevaluasi (melihat) setiap tindak tanduk perbuatan kita.
· Muhasabah tingkatan pertama / utama : mengevaluasi amal – amal yang baru saja dilakukan. Misalnya, sehabis solat, dzikir, doa, muhasabah. Atau bahkan sesudah solat langsung bermuhasabah, tadi solatku apa yang kurang ya? Dicatat, biar tersurat ataupun tersirat.
· Muhasabah tingkatan kedua : mengevaluasi harian. Misalnya, menjelang tidur, terus bangun tidur, apa yang dilakukan.
· Tingakatan ketiga: ukuran pekanan. Ini membuat kita lupa kesalahan – kesalahan kita karena terlalu lama.
Terkadang muhasabah akan lebih bagus disaat dimuhasabahi oleh orang lain.
* MU’AQABAH
: Menghukum diri akibat berbuat salah dan dosa.
Tidak menunggu hukuman dari orang lain. Mu’aqabah yang baik adalah dari diri sendiri., bisasanya bentuknya adalah penyesalan.
Contoh : Saat Umar jalan – jalan memandangi kebun kurmanya. Melihat matahari sudah tinggi, dia khawatir jangan – jangan sudah waktu solat. Namun setelah sampai di masjid, Umar menjumpai orang – orang yang sudah pada keluar dari
* MUJAHADAH
: Melipatgandakan kesungguhan kita untuk istiqamah di atas jalan menuju surga, sesulit apapun jalan ke
QS. Al Ankabut : 69
Oleh : Ustad Syatori Abdurrouf
0 ulasan:
Catat Ulasan