Cinta dan kasih sayang adalah roh kehidupan dan sebagai tiang penguat keselamatan bagi umat manusia. Apabila kekuatan gravitasi dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbuhan satu sama lain, sehingga terselamat dari kehancuran, terbakar atau berguguran maka perasaan cinta dan kasih sayang menjadi tali pengikat antara sesama manusia, sehingga tidak terjadi pertumbukan antara sesamanya yang dapat menghantarkan pada kehancuran.
Sehingga dikatakan “Seandainya cinta dan kasih sayang telah mempengaruhi dalam relung kehidupan, nescaya manusia tiada lagi memerlukan keadilan dan undang-undang.”
Mengapa ? Jika kita lihat dari hamparan alam semesta, sesungguhnya Allah menciptakan semuanya dalam naungan keseimbangan cinta dan kasih sayangnya. Sehingga tiada satu pun ciptaan Allah yang sia-sia. “Tidakkah engkau lihat dalam ciptaan Tuhan yang pemurah itu serba teratur.”(Al Mulk : 3). Bila kita perhatikan dan renungkan dengan saksama, terciptanya manusia pun adalah hasil pertautan cinta dan kasih sayang dua insan yang memadu cinta (An-Nisa’: 1)
Cinta adalah satu-satunya mutiara yang dapat memberikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Kita mencintai segala sesuatu dan segenap insan, bahkan mencintai kesulitan, rintangan dan tribulasi kehidupan yang menghadang di sekitar kita sebagaimana kita mencintai nikmat dan kesenangan. Kerana rintangan dapat membangunkan semangat dan melahirkan kekuatan untuk menghadapi tantangan, menggerakkan dan membangkitkan jiwa untuk berbuat dan bertindak. Maka dengan cintalah seharusnya manusia bertindak, cinta dalam arti yang hakiki. Kenikmatan dan penderitaan muncul akibat mendapatkan yang cocok dan yang meleset.
Cinta, kata Syaikh Jasim Badr al Muthawwi’ adalah jalan pintas menuju perubahan. Betapa banyak jiwa yang berubah menjadi baik disebabkan oleh cinta. Berapa banyak akal yang terbenahi dikeranakan oleh cinta? Akan tetapi betapa tidak sedikit jiwa yang linglung (lupa segala-galanya) dan hilang keseimbangan juga ‘gara-gara’ cinta? Dan betapa banyak lagi akal yang gila karena terserang virus cinta ?
Al Ash bin Rabi’, suami Zainab binti Muhammad saw, lari dari kota Mekkah kerana lari dari Islam. Akhirnya Zainab menulis surat padanya kerana dorongan rasa cinta, dan kembalilah Al Ash memenuhi panggilan cinta dan masuk Islam.
Thufail bin Umar Ad-Dausi, ketika telah memeluk Islam, isterinya pun datang menghampiri. Namun ia melarangnya seraya berkata, “Engkau telah menjadi haram bagiku!” “Mengapa” Tanya isterinya hairan. “Aku telah memeluk islam”, jawabnya. Maka sang isteri pun berkata, “Aku telah menjadi bagian dari dirimu dan engkau telah menjadi bagian dari diriku. Agamamu adalah agamaku, maka akupun memeluk Islam.” Itulah pernyataan keisalaman secara sedar dan murni kerana dorongan cinta.
Itulah tanda bukti cinta bahwa ia tunduk kepada orang yang dicinta dan mendahulukannya daripada kepentingan sendiri. Namun menurut Ibnu Qayyim cinta seseorang terhadap orang lain sejatinya untuk dirinya sendiri. Yakni meraup nikmat cinta untuk dirinya.
Bila kita cinta Allah, maka Allah pun akan mencintai kita dan melimpahkan rahmat serta redha-Nya. Bila kita cinta Rasulullah s.a.w tentu kita berharap mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Maka bila Anda cinta diri anda, selamatkan diri Anda dan berubahlah sejak sekarang. Allahu A’lam. (Ns)/Sumber : Tarbiyah Dzatiyah )
Sehingga dikatakan “Seandainya cinta dan kasih sayang telah mempengaruhi dalam relung kehidupan, nescaya manusia tiada lagi memerlukan keadilan dan undang-undang.”
Mengapa ? Jika kita lihat dari hamparan alam semesta, sesungguhnya Allah menciptakan semuanya dalam naungan keseimbangan cinta dan kasih sayangnya. Sehingga tiada satu pun ciptaan Allah yang sia-sia. “Tidakkah engkau lihat dalam ciptaan Tuhan yang pemurah itu serba teratur.”(Al Mulk : 3). Bila kita perhatikan dan renungkan dengan saksama, terciptanya manusia pun adalah hasil pertautan cinta dan kasih sayang dua insan yang memadu cinta (An-Nisa’: 1)
Cinta adalah satu-satunya mutiara yang dapat memberikan keamanan, ketentraman dan kedamaian. Kita mencintai segala sesuatu dan segenap insan, bahkan mencintai kesulitan, rintangan dan tribulasi kehidupan yang menghadang di sekitar kita sebagaimana kita mencintai nikmat dan kesenangan. Kerana rintangan dapat membangunkan semangat dan melahirkan kekuatan untuk menghadapi tantangan, menggerakkan dan membangkitkan jiwa untuk berbuat dan bertindak. Maka dengan cintalah seharusnya manusia bertindak, cinta dalam arti yang hakiki. Kenikmatan dan penderitaan muncul akibat mendapatkan yang cocok dan yang meleset.
Cinta, kata Syaikh Jasim Badr al Muthawwi’ adalah jalan pintas menuju perubahan. Betapa banyak jiwa yang berubah menjadi baik disebabkan oleh cinta. Berapa banyak akal yang terbenahi dikeranakan oleh cinta? Akan tetapi betapa tidak sedikit jiwa yang linglung (lupa segala-galanya) dan hilang keseimbangan juga ‘gara-gara’ cinta? Dan betapa banyak lagi akal yang gila karena terserang virus cinta ?
Al Ash bin Rabi’, suami Zainab binti Muhammad saw, lari dari kota Mekkah kerana lari dari Islam. Akhirnya Zainab menulis surat padanya kerana dorongan rasa cinta, dan kembalilah Al Ash memenuhi panggilan cinta dan masuk Islam.
Thufail bin Umar Ad-Dausi, ketika telah memeluk Islam, isterinya pun datang menghampiri. Namun ia melarangnya seraya berkata, “Engkau telah menjadi haram bagiku!” “Mengapa” Tanya isterinya hairan. “Aku telah memeluk islam”, jawabnya. Maka sang isteri pun berkata, “Aku telah menjadi bagian dari dirimu dan engkau telah menjadi bagian dari diriku. Agamamu adalah agamaku, maka akupun memeluk Islam.” Itulah pernyataan keisalaman secara sedar dan murni kerana dorongan cinta.
Itulah tanda bukti cinta bahwa ia tunduk kepada orang yang dicinta dan mendahulukannya daripada kepentingan sendiri. Namun menurut Ibnu Qayyim cinta seseorang terhadap orang lain sejatinya untuk dirinya sendiri. Yakni meraup nikmat cinta untuk dirinya.
Bila kita cinta Allah, maka Allah pun akan mencintai kita dan melimpahkan rahmat serta redha-Nya. Bila kita cinta Rasulullah s.a.w tentu kita berharap mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Maka bila Anda cinta diri anda, selamatkan diri Anda dan berubahlah sejak sekarang. Allahu A’lam. (Ns)/Sumber : Tarbiyah Dzatiyah )
0 ulasan:
Catat Ulasan