0

Makluman Perkembangan Mahasiswa di (UIN)IAIN Ar-Raniry

Untuk makluman sahabat-sahabat sekalian :


Alhamdulillah, Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia-Indonesia Cawangan Aceh (PKPMI-CA) sesi 2009/2010 melalui Biro Informasi & Hubungan Luar yang dipengerusikan oleh
Al-Akh Mohd Zaim Irsyad bin Zainal Abidin telah berjaya membina sebuah laman web PKPMI-CA dalam rangka menyampaikan informasi-informasi kemahasiswaaan, pengajian, akademik dan sebagainya.


Sahabat-sahabat bisa melayarinya di
http://pkpmi-ca.blogspot.com/ . Sebarang pandangan atau cadangan bagi penambahbaikan laman ini, bolehlah disalurkan diruangan komentarnya atau terus menghubungi pengerusi biro ini ditalian : 085834188388.


Untuk makluman kepada umum :


1) Bagi sesiapa sahaja yang ingin mengetahui perkara yang berkaitan dengan pengajian di IAIN Ar-Raniry, Nanggroe Aceh Darussalam, anda boleh menghubungi pihak persatuan melalui
YDP PKPMI-CA 09/10 , Al-Akh Mohammad Azzar bin Ismail ditalian : 087890305903 atau Tim.YDP II(Peng.Helwani), Al-Ukht Nurul Najwa bt Mohammad : 085834186397 atau bisa melalui Biro Informasi & Hubungan Luar.


2) Bagi sesiapa sahaja yang berhasrat untuk melakukan kunjungan ke Aceh melalui apa sahaja program-program yang dianjurkan dan sebagainya, maka pihak PKPMI-CA bersedia memberikan bantuan seadanya, InsyaAllah. Anda boleh terus menghubungi Pengerusi Biro Rehlah & Sambutan, Al-Akh Azrul Aminor Rasyid bin Ramli ditalian : 087890302402.


Catatan : Alhamdulillah, sehingga kini jumlah mahasiswa Malaysia di Aceh iaitu di IAIN Ar-Raniry adalah 140 orang. Mereka terdiri dari bekas pelajar KIAS, Kelantan ( 117 orang Muslimin & Muslimat ), Ma’ahad Tahfiz Malim Nawar, Perak ( 10 orang Muslimin sahaja ) dan selebihnya dari Ma’ahad Ibtida’iyah, Kedah.


Pelajar dari KIAS hadir tanggal 25 Ogos 2008 dan terus ke tahun 4 (akhir), pelajar Ma’ahad Tahfiz Malim Nawar hadir seminggu lebih awal dari pelajar KIAS dan mereka adalah lepasan SPM yang memulai pengajian di tahun pertama di IAIN dan pelajar dari Ma’ahad Ibtida’yah, Kedah juga ke tahun pertama dan hadir disini sekitar tahun 2006 ( generasi pertama selepas Tsunami ).


Makluman terkini yang kami (pihak persatuan) terima, InsyaAllah kami akan menerima kehadiran mahasiswa baru dari pelbagai IPT di Malaysia seawal tarikh 20 Julai ini iaitu dari Taman Pengajian Islam, Kemaman, Terengganu, Ma’ahad Tahfiz Malim Nawar, Perak dan UNITI, Negeri Sembilan. Bagi pelajar-pelajar dari Kemaman dan Malim Nawar, mereka akan memulai pengajian di tahun pertama. Kehadiran berikutnya akan bermula pada bulan Ogos nanti dari pelbagai pusat pengajian yang akan kami informkan kemudian. Ahlan wa sahlan wa marhaban bikum kami ucapkan.


Sekian terima kasih.
0

Salam Imtihan Buat Mahasiswa/si UinAr-Raniry....

Assalamualaikum w.r.t...

Alhamdulillah dengan limpah kurniaNya dapat kita bersua dan bertatap karya di alam maya ini...buat sahabat-sahabat yang dikasihi...pejam celik-pejam celik sudah tinggal beberapa minggu dan jika dihitung jarinya ada beberapa hari lagi lagi kita semua akan menghadapi ujian final...malahan sesetengah matakuliah sudah kita ikuti imtihannya walaupun tanggal ujian sebenar masih belum sampai....apa-apa pun disini ana ingin MOHON maaf jika ada salah dan silap buat sahabat semua...kalau ada hutang satu ribu RUPIAH tu halal-halalkan jer...hehehee...jika ada ana bermasam muka buat antum semua harap dimaafin ya...semoga kita semua sukses sokmo...biar cepat habis boleh CEPAT balik MALAYSIA....hehehe...LOVE YOU'LL MY FREINDS...GOOD LUCK...(^_^)




0

Penenteram Hati Lelaki (2)

Adapun rincian amalan wanita shalihah sebagaimana yang tersebut di dalam ayat di atas telah banyak disebut dalam hadits-hadits yang shahih. Juga riwayat kehidupan wanita-wanita sahabat atau istri-sitri Nabi shallallahu alaihi wasallam yang juga para ibu bagi segenap kaum muslimin.

Di antaranya hadits yang sudah kerap disampaikan oleh para dai dan mubaligh, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Bagaimanakah wanita yang shalihah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
“Yang selalu menggembirakan suami tatkala memandangnya, yang selalu menaatinya apabila memerintahnya, dan tidak menyelisihi suaminya dalam urusan hartanya (suami) dan dirinya (istri) dengan sesuatu yang dibenci sang suami.” (Riwayat Nasa’i dalam Al-Mujtaba, kitab Usyratun Nisa, hadits no. 75. lihat juga Tuhfatul Asyraf 1358. diriwayatkan juga oleh Ahmad II/751, 432, 438. juga Al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra VII/82. Diriwayatkan juga dari hadits Abi Said al-Muqbari dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak II/161, 166, dan dishahihkannya serta disepakati oleh Dzahabi. Hadits tersebut juga memiliki syahid dari hadits Abdullah Ibnu Salam dikeluarkan oleh Thabrani dalam Al-Mujamul kabir).

Adapun maknanya, Imam Suyuti berkata: “Arti sabdanya Shallallahu alaihi wasallam: ‘…menggembirakan suami tatkala memandangnya’, yaitu dikarenakan kebagusan penampilan lahirnya dan keindahan akhlaknya serta kontinuitasnya dalam kesibukannya melaksanakan ketaatan kepada Allah Subahnahu wa Taala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam. Perkataan serupa juga diucapkan oleh Fuad Abdul Baqi.” (lihat Sunan Ibni Majah, cetakan Al-Maktabah At-Tijariah I/596). Beliau juga mengatakan dalam Al-Idhah fi Ilmi an-Nikah, cetakan Darul Fikr hal. 5: Sesungguhnya para Ahli Fikih telah banyak memberikan nasihat kepada kaum wanita agar menyempurnakan penampilan mereka ketika berada di dalam rumah bersama suami. Yakni dengan merapikan/ menata rambutnya, berhias dan menggunakan wangi-wangian sehingga menyejukkan hati suami-suami mereka.

Imam Al-Ghazali juga berkata: “Sesungguhnyapandangan suami menjadi sejuk tatkala melihat istrinya, apabila sang istri sudah menjadi kecintaan suami.” (lihat Ihya Uluimuddin dengan takhrij Hafidh Al Iraqi, cetakan Darul Hadi II/86).

Bagian pertama dari hadits di atas, berdasarkan apa yang diterangkan oleh para ulama, memberikan makna bahwa seorang wanita shalihah pertama-tama haruslah menampilkan dirinya sebagai penyejuk hati tatkala dipandang suami. Seorang suami yang bertakwa akan senang melihat istrinya selalu taat beribadah. Disamping itu, ia juga menyejukkan pandangan suaminya dengan penampilannya yang bersih, rapi, dan bagus dipandang. Ia juga selalu menggunakan wangi-wangian agar semakin menarik perhatian suami sehingga senang berdekatan dengannya. Disitulah salahs atu letak kebahagiaan suami. Seusai menjalankan tugasnya di luar rumah, baik dalam upaya mencari penghidupan, ataupun untuk menyelesaikan urusan-urusan dakwah, suami bisa berbesar hati mendapatkan hiburan dari sambutan dan penampilan istri. Segala rasa penat di badan, dan segala bentuk persoalan yang membebani pikiran akan dengan sendirinya berkurang, bahkan tak terasa sama sekali. Dari situlah keutuhan rumah tangga muslimah akan bisa terjaga.

Bisa dibandingkan dengan kehidupan suami yang beristrikan seorang wanita karier ala propaganda jahiliah, dimana ia juga merasa memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan suaminya. Dikala suami membutuhkan sentuhan sang istri seusai bekerja sehari penuh, disaat itu pula si istripun menuntut hal yang sama. Lalu bagaimana pula penampilannya dihadapan sang suami? Segala kecantikannya telah diobral di luar rumah. Kelembutan dan kasih sayangnya telah ia bagi-bagikan kepada teman lelaki sejawat ataupun bisnis patnernya. Tenaga dan pikirannyapun telah terkuras untuk berbagai urusan di luar rumah. Sebagai klimaksnya, si suamipun akan mencari alternatif lain untuk melampiaskan hasratnya lewat berbagai media audio visual yang serba canggih, atau merenggut wanita lain untuk dijadikan pendamping. Hal itu akan semakin ramai apabila si istripn turut berbuat serupa. Wal iyadzu billah.

0

Penenteram Hati Lelaki...

Wanita shalihah, tak hanya seperti yang diungkap dalam Al-Quran:

إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

… melainkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih…

Yaitu yang selamat dari bencana kerugian dunia dan akhirat. Namun lebih dari itu, ia adalah anugerah duniawi yang paling mulia bagi seorang lelaki muslim. Dalam diri seorang wanita shalihah, terdapat berbagai faktor pendukung bagi terciptanya mahligai surga dunia untuk dirinya dan suaminya, plus merentang jalan bagi mereka berdua menuju kebahagiaan ukhrawi yang abadi.

Keshalihan dalam diri wanita, tentu tak terbentuk begitu saja. Menjadi wanita shalihah berarti menjadi wanita yang ikhlas beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala, dan sempurna ber-ittiba kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Ia harus mengetahui segala kewajibannya terhadap Dzat yang menciptakannya, dan terhadap manusia yang menjadi pendamping hidupnya. Yaitu sang suami. Dalam hal ini, dominasi ilmu menjadi demikian menonjol. Kestabilan jiwa dalam mengontrol prilaku dan akhlaknya juga menjadi amat menetukan. Ibnu Taimiyyah berkata: Manusia dicptakan dalam keadaan bodoh dan suka berbuat zhalim. Asal dirinya adalah al-jahlu, alias tak berbekal ilmu dan cenderung ingin berbuat jahat. Maka dikala hendak berbuat atau berkata-kata, ia membutuhkan konsep keilmuan yang rinci untuk megenyahkan kebodohannya, dan konsep keadilan yang rinci untuk mengantisipasi kecenderungannya berbuat zhalim. (lihat Majmu Fatawa XIV hal. 61. juga lihat at-Tafsiru al Kabir III/324 Daaru al-Kutub al-Ilmiah, Beirut)

Satu standar keshalihan seorang wanita muslimah telah disebutkan Allah Subhanahu wa Taala di dalam Al-Quran:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

…Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…

Imam Al-Baghawi berkata: Yang dimaksud dengan Qanitat, yaitu yang berlaku taat. Sedang al hafidhaat lil ghaib artinya yang selalu memelihara kemaluaannya, tatkala ditinggal pergi suaminya. Ada juga yang mengatakan yang dimaksud adalah mampu memelihara rahasia rumah tangganya. (lihat Maalim at-Tanzil II/107). Beliau (al-Baghawi) juga mengatakan dalam Syarhu as-Sunnah: Arti al-Qanitaat yaitu yang selalu memenuhi hak-hak suaminya. Ada juga yang mengatakan, artinya waita-wanita yang rajin melaksanakan shalat.

Ibnul Jauzi berkata: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata: Al-Qanitaat, yaitu wanita-wanita yang selalu berlaku baik terhadap sang suami. Sedang Ibnu Mubarok berkata: Yaitu mereka yang selalu beramal shalih. (lihat Zaadu al-Maisir fi Ilmi at-Tafsir, cetakan maktabah Daril Baz II/23).

Sementara Ibnu taimiyah menandaskan: Wanita shalihah, ialah yang bersifat qanitat. Yaitu yang menjaga kontinuitas ketaatannya terhadap suami. Apabila suatu ketika ia enggan memenuhi ajakan suaminya untuk bersenggama, maka ia telah berbuat kemaksiatan yang membolehkan dirinya untuk dipukul (dengan pukulan yang tidak menyakitkan).

Semua keterangan di atas cukup memberikan gambaran yang ringkas, bahwa seorang wanita shalihah harus membekali diri untuk menyempurnakan ibadahnya dihadapan Allah Subhanahu wa Taala. Disamping itu, ia juga selalu memperhatikan apa yang menjadi hak suaminya. Selalu menaati, memenuhi apa yang menjadi keinginannya selama masih dalam bentuk yang syari, serta sebisa mungkin melakukan tindakan dan amalan yang menurut pandangannya terbaik di hadapan suami. Kalau semuanya itu terlaksana dengan baik, satu hal yang wajar apabila seorang suami yang bertakwa akan merasakan rumah tangganya ibarat surga dunia, pelengkap dari anugerah ketakwaan yang telah Allah berikan kepadanya.

0

Kronologi Empayar Uthmaniyyah

0

Muhammad Sebagai Seorang Suami

Di antara tanda kasih sayang Allah swt terhadap manusia adalah diutusnya Rasul ditengah-tengah mereka. Inilah nikmat paling besar yang Allah swt karuniakan kepada manusia. Agar para Rasul menjadi penerang bagi orang-orang yang salah jalan. Menjadi penunjuk bagi orang-orang yang tersesat.

Hal paling utama dan berharga yang dipersembahkan para Rasul kepada manusia setelah penunjukan jalan hidayah Allah swt. adalah mereka, para Rasul sebagai contoh teladan bagi yang meniti jalan menuju Allah swt, agar orang beriman mengambil apa yang mereka contohkan dalam segenap urusan dan bidang, fiddunya wal akhirah.

Allah swt berfirman tentang pribadi Nabi kita Muhammad saw.:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Al Ahzab:21

Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini: “Inilah ayat mendasar yang berisikan anjuran menjadikan Rasulullah saw sebagai suri teladan, dalam ucapan, perbuatan dan keadannya.”

Dan bukti kemurahan Allah swt terhadap umat Islam ini adalah, bahwa sirah atau perjalanan hidup Nabi saw. baik berupa ucapan, perbuatan dan keadaannya direkam dan dijaga oleh para tokoh –ahli hadits- yang mukhlis. Dan mereka menyampaikan apa yang datang dari Rasul kepada orang lain dengan sangat amanah.

Contoh sederhana adalah tentang petunjuk Nabi bagaimana beliau makan, cara minum, berpakaian, berhias, bagaimana beliau tidur dan ketika terjaga, ketika beliau mukim atau sedang safar, ketika beliau tertawa atau menangis, dalam kesungguhan atau canda, dalam suasana ibadah atau hubungan sosial, perihal urusan agama atau dunia, ketika kondisi damai atau saat perang, dalam berinteraksi dengan kerabat atau orang yang jauh, menghadapi teman atau lawan, sampai pada sisi-sisi yang menurut orang bilang “intim” dalam hubungan suami-istri. Semuanya terekam, tercatat dan diriwayatkan dengan sahih dalam sirah perjalanan hidup beliau saw.

Dalam tulisan sederhana ini kami paparkan petunjuk Nabi saw. tentang bagaimana beliau berinteraksi dengan istri-istrinya. Bagaimana beliau bermu’amalah dan menjaga mereka. serta bagaimana beliau melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi hak-hak mereka.

Muhammad Bersikap Adil

Nabi Muhammad saw. sangat memperhatikan perilaku adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal, termasuk sesuatu yang remeh dan sepele. Beliau adil terhadap istri-istrinya dalam pemberian tempat tinggal, nafkah, pembagian bermalam, dan jadwal berkunjung. Beliau ketika bertandang ke salah satu rumah istrinya, setelah itu beliau berkunjung ke rumah istri-istri beliau yang lain.

Soal cinta, beliau lebih mencintai Aisyah dibanding istri-istri beliau yang lain, namun beliau tidak pernah membedakan Aisyah dengan yang lain selamanya. Meskipun di sisi lain, beliau beristighfar kepada Allah swt karena tidak bisa berlaku adil di dalam membagi cinta atau perasaan hati kepada istri-istrinya, karena persoalan yang satu ini adalah hak preogratif Allah swt. saja. Rasulullah saw. bersabda:

(اللهم إن هذا قسمي فيما أملك، فلا تلمني فيما لا أملك)

“Ya Allah, inilah pembagianku yang saya bisa. Maka jangan cela aku atas apa yang aku tidak kuasa.”

Ketika beliau dalam kondisi sakit yang menyebabkan maut menjemput, beliau meminta kepada istrinya yang lain agar diperkenankan berada di rumah Aisyah. Bahkan ketika beliau mengadakan perjalanan atau peperangan, beliau mengundi di antara istri-istrinya. Siapa yang kebagian undian, dialah yang menyertai Rasulullah saw.

Muhammad Bermusyawarah Dengan Para Istrinya

Rasulullah saw mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan. Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka. Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya.
Islam datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak qawamah atau kepemimpinan keluarga, berada ditangan laki-laki. Allah swt berfirman:

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Al Baqarah:228.

Adalah pendapat dari Ummu Salamah ra pada peristiwa Hudaibiyah, membawa berkah dan keselamatan bagi umat Islam. Ummu Salamah memberi masukan kepada Nabi agar keluar menemui para sahabat tanpa berbicara dengan siapa pun, langsung menyembelih hadyu atau seekor domba dan mencukur rambutnya. Ketika beliau melaksanakan hal itu, para sahabat dengan serta-merta menjalankan perintah Nabi saw, padahal sebelumnya mereka tidak mau melaksanakan perintah Rasul, karena mereka merasa pada pihak yang kalah pada peristiwa itu. Mereka melihat bahwa syarat yang diajukan kaum kafir Quraisy tidak menguntungkan kaum muslimin.

Muhammad Lapang Dada dan Penyayang

Istri-istri Rasulullah saw memberi masukan tentang suatu hal kepada Nabi, beliau menerima dan memberlakukan mereka dengan lembut. Beliau tidak pernah memukul salah seorang dari mereka sekali pun. Belum pernah terjadi demikian sebelum datangnya Islam. Perempuan sebelum Islam tidak punya hak bertanya, mendiskusikan dan memberi masukan apalagi menuntut.
Umar ra berkata:

“Saya marah terhadap istriku, ketika ia membantah pendapatku, saya tidak terima dia meluruskanku. Maka ia berkata; “Mengapa kamu tidak mau menerima pendapatku, demi Allah, bahwa istri-istri Rasulullah memberi pendapatnya kepada beliau, bahkan salah satu dari mereka ngambek dan tidak menyapanya sehari-semalam. Umar berkata; “Saya langsung bergegas menuju rumah Hafshah dan bertanya: “Apakah kamu memberi masukan kepada Rasulullah saw? ia menjawab: Ya. Umar bertanya lagi, “Apakah salah seorang di antara kalian ada yang ngambek dan tidak menegur Rasul selama sehari-semalam? Ia menjawab: Ya. Umar berkata: “Sungguh akan rugi orang yang melakukan demikian di antara kalian.”

Cara Nabi Meluruskan Keluarganya

Rasulullah saw tidak pernah menggap sepele kesalahan yang diperbuat oleh salah satu dari istri. Beliau pasti meluruskan dengan cara yang baik. Diriwayatkan dari Aisyah:

تقول عائشة رضي الله عنها: ما رأيت صانعة طعام مثل صفية صنعت لرسول الله طعاما وهو في بيتي، فارتعدت من شدة الغيرة فكسرت الإناء ثم ندمت فقلت: يا رسول الله ما كفارة ما صنعت؟ قال: إناء مثل إناء، وطعام مثل طعام.

“Saya tidak pernah melihat orang yang lebih baik di dalam membuatkan masakan, selain Shafiyah. Ia membuatkan hidangan untuk Rasulullah saw di rumahku. Seketika saya cemburu dan membanting piring beserta isinya.” Saya menyesal, seraya berkata kepada Rasulullah saw. “Apa kafarat atas perilaku yang saya lakukan?” Rasulullah saw menjawab: “Piring diganti piring, dan makanan diganti makanan.”

Rasulullah saw. menjadi pendengar yang baik. Beliau memberi kesempatan kepada istri-istrinya kebebasan untuk berbicara. Namun beliau tidak toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun. Aisyah berkata kepada Nabi setelah wafatnya Khadijah ra.:
“Kenapa kamu selalu mengenang seorang janda tua, padahal Allah telah memberi ganti kepadamu dengan yang lebih baik.” Maka Rasulullah saw marah, seraya berkata: “Sunggguh, demi Allah, Allah tidak memberi ganti kepadaku yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku ketika manusia mengingkariku. Ia menolongku ketika manusia memusuhiku. Saya dikaruniai anak darinya, yang tidak Allah berikan lewat selainnya.”

Muhammad Pelayan Bagi Keluarganya

Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan khidmah atau pelayanan ketika di dalam rumah. Beliau selalu bermurah hati menolong istri-istrinya jika kondisi menuntut itu. Rasulullah saw bersabda:

وكان يقول: (خدمتك زوجتك صدقة)

“Pelayanan Anda untuk istri Anda adalah sedekah.”

Adalah Rasulullah saw mencuci pakaian, membersihkan sendal dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya.

Muhammad Berhias Untuk Isterinya

Rasulullah saw mengetahu betul kebutuhan sorang wanita untuk berdandan di depan laki-lakinya, begitu juga laki-laki berdandan untuk istrinya. Adalah Rasulullah saw paling tampan, paling rapi di antara manusia lainnya. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya agar berhias untuk istri-istri mereka dan menjaga kebersihan dan kerapihan. Rasulullah saw bersabda:

وكان يقول: (اغسلوا ثيابكم وخذوا من شعوركم واستاكوا وتزينوا وتنظفوا فإن بني إسرائيل لم يكونوا يفعلون ذلك فزنت نساؤهم).

“Cucilah baju kalian. Sisirlah rambut kalian. Rapilah, berhiaslah, bersihkanlah diri kalian. Karena Bani Isra’il tidak melaksanakan hal demikian, sehingga wanita-wanita mereka berzina.”

Muhammad dan Canda-Ria

Rasulullah saw tidak tidak lupa bermain, bercanda-ria dengan istri-istri beliau, meskipun tanggungjawab dan beban berat di pundaknya. Karena rehat, canda akan menyegarkan suasan hati, menggemberakan jiwa, memperbaharui semangat dan mengembalikan fitalitas fisik.

فعن عائشة - رضي الله عنها- أنها قالت خرجنا مع رسول الله (صلى الله عليه وسلم) في سفر فنزلنا منزل فقال لها : تعالي حتى أُسابقك قالت: فسابقته فسبقته، وخرجت معه بعد ذلك في سفر آخر فنزلنا منزلا فقال: تعالي حتى أسابقك قالت: فسبقني، فضرب بين كتفي وقال : هذه بتلك).

Dari Aisyah ra berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw dalam suatu safar. Kami turun di suatu tempat. Beliau memanggil saya dan berkata: “Ayo adu lari” Aisyah berkata: Kami berdua adu lari dan saya pemenangnya. Pada kesempatan safar yang lain, Rasulullah saw mengajak lomba lari. Aisyah berkata: “Pada kali ini beliau mengalahkanku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Kemenangan ini untuk membalas kekalahan sebelumnya.” Allahu A’lam

0

Khadijah paling dikasihi Nabi


ADA yang meminta supaya kita mengenali lebih jauh akan Saidatina Siti Khadijah al Kubra dari sudut kehebatan beliau sebagai ahli perniagaan yang berjaya. Ramai yang ingin mengetahui mengenai kepintaran dan kemahiran beliau dalam selok belok dan liku-liku perniagaan yang menjanjikan satu dunia yang penuh dengan tipu daya muslihat dan cabaran-cabaran yang tidak terduga. Apa tah lagi di zaman Arab Jahiliah, apabila segala peraturan, norma dan etika perniagaan tidak ada tempatnya di zaman itu.


Untuk tujuan ini mungkin kita perlu mengetahuinya dengan membaca buku terbitan PTS Professional Publishing Sdn. Bhd. bertajuk Rahsia Bisnes Isteri Nabi: Khadijah (2008) yang ditulis oleh Ashadi Zain yang menyingkap lebih jauh dan mendalam mengenai rahsia perniagaan Siti Khadijah.

Antara lain dalam buku itu dijelaskan mengenai:

*Apakah faktor business matching atau pemadanan perniagaan dalam menentukan kejayaan Siti Khadijah,

*Bagaimanakah pelaksanaan mudharabah antara Siti Khadijah dan Nabi Muhammad,

*Bagaimanakah perbezaan atau differentiation berlaku dalam perniagaan Siti Khadijah.


Siti Khadijah wajar sekali dijadikan ikon atau idola untuk seseorang itu berjaya dalam perniagaan. Ini kerana sekalipun sebagai wanita, bukan penghalangnya!

Namun tidak kurang yang bertanya lebih lanjut persoalan bahawa dikatakan Siti Khadijah hanya secara simbolik sahaja memecahkan tradisi, iaitu buat pertama kalinya, pihak perempuan yang meminang pihak lelaki.


Namun pada hakikatnya, tindakannya meminta bantuan rakannya, Nafsiah untuk menemui Nabi Muhammad itu tidak lebih untuk meminta baginda kemudiannya meminang Siti Khadijah setelah hajat sahabatnya itu dapat diterima oleh baginda. Dalam hal ini, tidak perlu dijadikan polemik, malah pada sesetengah riwayat diceritakan bagaimana Nabi Muhammad terus meminta bantuan bapa saudaranya, Abu Talib untuk masuk meminang Siti Khadijah setelah tahu mengenai hasrat wanita itu. "Kita pergi meminang Khadijah melalui bapa saudaranya kerana tuan punya badan sudah jatuh hati kepada kamu," cadang Abu Talib sejurus mendengar permintaan anak saudaranya itu. "Saya setuju dengan cadangan itu," sokong Hamzah, seorang lagi bapa saudara Nabi Muhamad yang kebetulan ada bersama.


Rombongan dari pihak lelaki yang terdiri dari Abu Talib, Hamzah dan Nabi Muhammad sendiri kemudiannya segera menuju ke rumah keluarga Siti Khadijah bagi meminang wanita bangsawan dan sangat terkenal di kalangan bangsa Arab ketika itu. Kedatangan mereka disambut baik oleh pihak keluarga Khadijah dan pinangan diterima dengan gembira oleh kedua-dua belah pihak.


Dalam majlis perkahwinan yang berlangsung antara Nabi Muhammad dan Siti Khadijah itu, maka sekelian yang hadir terpegun dengan ucapan yang dibuat oleh Abu Talib sempena merestui perkahwinan anak saudaranya itu. Abdullah Khanizi dalam buku Abu Talib Mukmin Quraisy (Darul Fikir, 2004) menukilkan kata-kata Abu Talib iaitu: "Segala puji bagi Allah yang menjadikan kita termasuk dalam keturunan Ibrahim dan anak cucu Ismail (Nabi), ras dan bangsa Mudhar yang menjadikan kita pemelihara rumah-Nya dan mengelola Haram-Nya maka rumah Allah itu terjaga dan Haram yang terpelihara dan menjadikan kita juga pemimpin manusia.


"Kemudian anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah tidak dapat dibandingkan dengan mana-mana lelaki di muka bumi ini melainkan dia seorang yang unggul, baik dalam kemuliaan, keutamaan, keistimewaan dan kecerdasan.

"Dia memang seorang yang miskin, memiliki hanya sedikit harta tetapi harta merupakan naungan yang cepat hilang, perkara yang mudah sirna dan pinjaman yang pasti diambil kembali.

"Muhammad adalah yang kalian kenal, dia melamar Siti Khadijah binti Khuwailid dan menyerahkan untuknya dunia dan akhiratnya. Demi Allah selepas ini, dia akan mendapat berita besar, sesuatu yang sangat penting dan agung".


Kata-kata Abu Talib itu disambut baik oleh semua yang hadir terutama bapa saudara Siti Khadijah sendiri, Waraqah yang bangun sambil berkata: "Tidak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan-kelebihan kamu wahai Abu Talib. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan anda".


Perkahwinan baginda pada usia 25 tahun dan isterinya, Siti Khadijah yang dikatakan berusia 40 tahun ketika itu jangan dilihat sebagai satu hubungan yang diikat atas nama tali perkahwinan.

Namun tidak lebih, bermulanya satu episod kasih sayang yang tidak berbelah bahagi antara dua insan, Nabi Muhammad terhadap isterinya itu.


Dengan faktor berbeza atau jarak usia sebagai penghalangnya. Jika tidak kerana baginda masih tercari-cari akan soal ketuhanan yang namun cinta baginda terhadap Siti Khadijah adalah mengatasi segala-galanya ketika itu. Kasih sayang berasaskan kepada keikhlasan dan kejujuran baginda menerima Siti Khadijah itu telah diketahui umum menyebabkan Siti Aishah, yang dikahwini baginda selepas kematian Siti Khadijah berasa cemburu yang amat sangat.


Ini diluahkan sendiri oleh Siti Aishah: "Saya selalu menyesal kerana tidak sempat melihat dan berada semasa Khadijah masih hidup! Saya sungguh kesal. Ini kerana saya begitu kagum dan takjub terhadap mahabbah (kasih sayang) dan agungnya cinta yang ditunjukkan oleh Nabi terhadap Khadijah itu!

"Nabi terlalu menyayangi wanita itu dan selalu terkenang Khadijah lebih dari sesiapa pun di muka bumi ini.

"Jika baginda menyembelih domba, baginda akan mencari sahabat-sahabat Khadijah untuk dibahagi-bahagikan daging domba itu sehinggalah ke satu peringkat, ketika hendak keluar dari rumah, Nabi akan teringat kepada Khadijah lalu terus mendoakan isterinya itu sambil air mata kelihatan bercucuran.

"Ini menyebabkan saya sendiri sebagai isteri tidak mampu menahan cemburu malah menjadi semakin meluap-luap dan terus berkata kepada Rasulullah: "Khadijah tidak lebih dari sekadar seorang perempuan tua. Kini Allah telah memberikan kamu (Aishah sebagai isteri) yang lebih daripadanya, iaitu seorang yang lebih jelita, pintar dan cergas".

Akibatnya, kita semua tahu sendiri bagaimana marahnya baginda terhadap kata-kata Siti Aishah itu!


Walaupun ramai yang menyifatkan perkahwinan baginda dengan wanita ternama ini sekali gus menaikkan lagi nama dan kemuliaan Nabi Muhammad di kalangan Arab Quraisy di samping baginda berkongsi kekayaan yang dimiliki oleh wanita itu.

Namun jelas sekali, ia sebuah perkahwinan yang sangat luhur kerana sehinggalah Khadijah meninggal dunia, baginda tidak pernah berkahwin dengan mana-mana wanita yang lain!

Ini kerana pasti kecantikan Siti Khadijah semakin luntur ditelan masa namun semua itu tidak mengalihkan pandangan baginda kepada mana-mana perempuan yang lain!

'Wanita Pertama Islam' atau Ummul Mukminin Siti Khadijah ini wajar sekali dijadikan ikon atau idola terutama untuk wanita-wanita Islam moden di zaman ini. Iaitu zaman di mana ramai kalangan wanita turut menceburi dalam bidang perniagaan dan dalam masa yang sama mereka juga ingin berjaya dalam hubungan suami isteri dan kekeluargaan.

Ketokohan Siti Khadijah adalah tidak syak lagi di sebalik nama Pasar Besar Siti Khadijah, yang begitu terkenal di Kota Bharu Kelantan pada hari ini.


Dari nama asalnya Pasar Besar Buluh Kubu yang kemudiannya ditukarkan pada tahun 1990 kepada sempena isteri Nabi Muhammad itu. Ini jelas sekali tidak sahaja sebagai satu penghormatan yang tinggi kepada wanita ini atau kebanyakan yang berniaga di situ terdiri kalangan wanita-wanita Kelantan.


Namun nama Siti Khadijah perlu menjadi satu institusi besar dalam melahirkan wanita-wanita yang berkaliber malah berjaya di dunia dan di akhirat kelak.

Mungkin kelebihan Siti Khadijah, beliau dapat berkahwin dengan seorang Nabi atau Rasul namun dari pelbagai aspek yang lain, banyak yang boleh dicontohi dari wanita ini!

Sehinggalah mereka mengenali Siti Khadijah wanita-wanita Islam hari ini tidak lagi wajar mengadu mereka tidak mempunyai sesiapa untuk diteladani!

0

Nasharudin kekal; Salahuddin,Mahfuz dan Tuan Ibrahim menangi Naib Presiden

Pengerusi Jawatankuasa Pemilih Muktamar PAS ke-55, Dato' Mustafa Ali mengumumkan, Ustaz Nasharudin Mat Isa menang jawatan Timbalan Presiden PAS menewaskan, Dato' Husam Musa dan Mohamad Sabu.

Sementara, bagi jawatan Naib Presiden, Salahudin Ayub, Tuan Ibrahim Tuan Man dan Dato' Mahfuz Omar menewaskan dua lagi pencabar, Mujahid Yusof Rawa dan Nik Amar Nik Abdullah.

Di bawah ialah keputusan penuh pemilihan PAS sesi 2009/2011:

Presiden

Dato' Seri Tuan Guru Abdul Hadi Awang

Timbalan Presiden PAS Nasharudin Mat Isa, (480)

Naib Presiden

1)Tuan Ibrahim Tuan Man, (871)
2)Salahuddin Ayub, (824)
3)Mahfuz Omar, (636)

Ahli Jawatankuasa Kerja

1) Dato' Seri Mohamad Nizar Jamaluddin, (854)
2) Ustaz Idris Haji Ahmad, (799)
3) Dato' Kamarudin Jaffar (769)
4) Dato' Seri Ustaz Azizan Abd Razak, (653)
5) Dato' Dr Hasan Mohd Ali (642)
6) Dr Mohd Hatta Md Ramli (638)
7) Ustaz Abdul Ghani Samsudin, (637)
8) Dato' Ustaz Abu Bakar Chik (622)
9) Mohamed Hanipa Maidin, (619)
10) Ir Amiruddin Hamzah, (606)
11) Dr Lo' Lo' Haji Mohamad Ghazali, (589)
12) Ustaz Ab Ghani Abdul Rahman,(584)
13) Dr Dzulkefly Ahmad, (576)
14) Dr Syed Azman Syed Ahmad Nawawi, (536)
15) Ustaz Hashim Jasin, (522)
16) Mazlan Aliman, (513)
17) Ustaz Taib Azamudden Md Taib, (508)
18) Dr Mujahid Yusof Rawa, (488)/wann. _ _


referensi :

http://www.harakahdaily.net/
2

Kasus Manohara Jangan Ganggu Hubungan Indonesia-Malaysia



Kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa Manohara Odelia Pinot, warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia oleh suaminya Pangeran Negara Bagian Kelantan, Malaysia, Tengku Muhammad Fakhry diharapkan tidak mengganggu hubungan Indonesia dan Malaysia.

"Pemberitaan kasus Manohara di berbagai media cetak dan elektronik yang dimunculkan oleh Daisy Fajarina, ibunda Manohara, diharapkan tidak mengganggu hubungan baik masyarakat RI-Malaysia," kata Juru Bicara Kelompok Pakar (Eminent Person Group/EPG) Indonesia Musni Umar di Jakarta, Rabu.

Musni menilai kasus tersebut adalah masalah pribadi yang dapat diselesaikan keluarga Manohara dan Fakhry dengan sebaik-baiknya melalui mediator pihak ketiga dari keluarga masing-masing.

"Kasus ini mencuat karena kurang terjalin komunikasi, salah persepsi dan kurang memahami dan menghayati sistem yang berlaku di kedua keluarga," katanya. Sesuai ajaran agama, lanjut dia, kedua belah pihak harus mengutus juru damai (hakim) dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan kasus (kes) tersebut.

Sebelumnya Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Deplu RI Teguh Wardoyo mengatakan bahwa Deplu telah meminta Kementerian Luar Negeri Malaysia bersikap kooperatif dalam menangani kasus KDRT yang menimpa Manohara Odelia Pinot. Ia mengaku, beberapa hari yang lalu, pihaknya telah berkirim surat kepada Kementerian Luar Negeri Malaysia untuk meminta pertanggungjawaban moral terhadap Fakhry.

Selain itu, pihaknya meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) menjalin komunikasi secara aktif dengan pemerintah Malaysia. "Demikian halnya, kami yang di sini juga selalu menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta," katanya.

Beberapa saat setelah menerima laporan dari pihak keluarga Manohara, Deplu sudah meminta Fakhry untuk melaporkan kondisi Manohara di KBRI Kuala Lumpur atau KJRI Penang. Tujuan pelaporan itu, lanjut dia, agar pihak keluarga Manohara bisa tenang dan tidak mengundang sentimen berlebihan terhadap pemerintah Malaysia.

Pemerintah Indonesia tidak bisa langsung mengatasi persoalan tersebut, lantaran sampai saat ini Manohara masih menjadi isteri sah Fakhry. "Sangat tidak mungkin, kami langsung melakukan penjemputan. Kasus Manohara ini berbeda dengan kasus yang dialami para TKI dengan majikan," katanya menjelaskan.

Sementara itu Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta menilai kasus Manohara yang dinikahkan ketika masih di bawah umur (menurut UU Re[ublik Indonesia) tak lepas dari kesalahan orang tua. "Orang tua sudah seharusnya menjaga anaknya, kalau di bawah umur jangan (dinikahkan), apalagi mereka kan bukan dari desa, tapi orang terpelajar," kata Meutia.

referensi :

http://nasional.kompas.com/read

0

Bagaimana Bercinta Cara Islami???



Islam adalah agama yang syumul. Sebuah agama yang lengkap. Islam tidak mungkin menyekat fitrah manusia yang sememangnya ingin menyayangi dan ingin disayangi. Untuk apa Allah menciptakan manusia berfitrah seperti ini jika manusia akan diperintahkan untuk memebunuh fitrahnya itu? Ajaran Islam telah diturunkan oleh Allah untuk memasang bingkai agar kemahuan manusia itu dapat disalurkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, Islam menutup rapat jalan kemaksiatan dan membuka seluas-luasnya jalan menuju ketaatan serta memberi dorongan kuat ke arah perlaksanaanya.Rasulullah pernah mengecam salah seorang sahabat yang bertekad untuk tidak bernikah. Ini merupakan salah satu bukti bahawa Islam mengakui fitrah manusia yang ingin cinta-menyintai ini.

Percintaan dalam Islam hanyalah selepas termetrainya sebuah ikatan pernikahan antara dua insan, iaitu setelah bergelar suami isteri. Islam telah menggariskan panduan dalam menuju ke arah gerbang perkahwinan ini. Ustaz Hassan Din telah memberikan pendapatnya mengenai hal ini dalam Al-Kulliyah di TV3 pada 28 Julai 2006, iaitu pada hari Jumaat. Tajuk perbincangan Al-Kulliyah kali itu agak menarik ; Jodoh.

Apabila diminta memberikan pendapat beliau, beliau telah mengatakan yang cara masyarakat sekarang telah lari daripada syariat yang sepatutnya. “Sebenarnya dalam Islam, apabila seseorang lelaki itu telah berkenan dengan seorang wanita dan ingin menjadikan teman hidupnya, sepatutnya lelaki itu berjumpa dengan wali si perempuan tadi untuk menyatakan niatnya untuk masuk meminang. Tetapi masyarakat sekarang silap. Mereka terus berjumpa dengan yang empunya diri dan terus menyatakan niat hatinya. Kemudian mereka bercinta, berjanji sumpah setia dan segala-galanya. Sedangkan ibubapa mereka langsung tidak tahu akan perhubungan mereka ini. Setelah sekian lama bercinta, apabila ingin melangsungkan perkahwinan, emak dan ayah tak bersetuju dengan mengeluarkan pelbagai alasan,” terang beliau.

Beliau juga menerangkan konsep peminangan ini. Kata beliau, “Ibu bapa mungkin sudah ada pilihan mereka sendiri. Oleh itu, dengan menyatakan niat kepada ibubapa, mereka akan berjumpa sendiri dengan wali perempuan tadi untuk mengenali mereka dan calon menantu mereka dengan lebih jelas. Setelah kedua-dua pihak bersetuju, barulah dijalankan upacara peminangan, iaitu kedua-dua insan tadi telah menjadi tunang. Apabila sudah menjadi tunangan orang, adalah Haram perempuan itu dipinang oleh lelaki lain, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis baginda. Dalam masa pertunangan inilah kedua-dua pihak lelaki dan perempuan tadi akan saling mengenali antara satu-sama lain, bagi memastikan adakah ini merupakan pasangan hidupnya yang sebenar. Jika kedua-duanya sudah bersetuju, barulah pernikahan dilangsungkan,” jelas beliau lagi.

Namun begitu, Ustaz Hassan Din menegaskan bahawa bertunang bukan merupakan lesen yang membenarkan kedua-dua pasangan bermesra-mesra seperti suami isteri. Bertunang hanyalah untuk saling mengenali antara satu sama lain dan bukannya untuk bercinta. Pasangan yang telah bertunang tetap tidak boleh keluar berdua-duaan tanpa ditemani oleh ahli keluarga. Selagi belum bernikah, mereka tetap dua insan yang bukan mahram dan masih perlu manjaga batasan-batasan Islam seperti yang telah dibincangkan sebelum ini. Dan jika dalam tempoh pertunangan itu didapati kedua-dua pasangan ini tidak secocok atau tidak serasi, maka pertunangan bolehlah diputuskan secara baik melalui persetujuan kedua-dua belah pihak.

Ada pula yang berkata, “Cara ini untuk lelaki bolehlah. Untuk perempuan, tak sesuai. Nanti orang kata, ‘macam perigi mencari timba’, ‘wanita tidak bermaruah’ dan macam-macam lagi.” Sabar dahulu saudari. Sebenarnya ini merupakan pemikiran songsang yang telah diterapkan dalam masyarakat Melayu kita. Sebetulnya kita berbalik kepada Islam itu sendiri. Bagaimana Islam mengajarkan wanita yang berkeinginan bernikah, menyuarakan keinginanya? Mari kita kaji sirah. Bukankah perkahwinan teragung antara junjungan kita, Nabi Muhammad SAW dan Khadijah dimulakan dengan Khadijah menzahirkan keinginannya? Ketika mengetahui sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad, beliau merasakan yang dia tidak akan menjumpai sesiapa yang lebih layak untuk dijadikan suaminya melainkan Nabi Muhammad. Oleh itu Khadijah menyuarakan keinginannya melalui perantaraan Nafisah binti Manbah agar merisik Nabi Muhammad untuk dirinya. Tawaran itu disambut aik oleh Muhammad dan dengan tidak membuang masa, baginda terus menyatakan hasrat hatinya yang mulia itu kepada bapa-bapa saudaranya dan mereka pun terus melamar Khadijah melalui bapa saudaranya, ‘Amru bin Asad. Perkahwinanpun dilaksanakan dengan selamatnya.* Begitulah yang diajarkan dalam sirah. Jadi, tiada salahnya wanita yang memulakan dahulu. Bukankan itu lebih mulia, menyuarakan keinginan dan kebersediaan untuk menjalankan sunnah baginda Rasulullah SAW? Cuma caranya biarlah sesuai dengan masyarakat kita. Jika kita seseorang perempuan itu sudah mempunyai calon suami yang baik dan soleh, suarakan sahaja kepada ibu bapa, agar dapat menghubungi pihak keluarga si lelaki itu. Biar orang tua yang menguruskan, kita cuma mencadangkan. Kalau kedua-dua pihak setuju, maka pihak lelaki boleh masuk meminang.

(*Fiqih Sirah, Jilid 1. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buti. Bab Perniagaan Dengan Harta Siti Khadijah Dan Perkahwinan Baginda)

Lihat, betapa indahnya Islam mengaturkan perjalanan hidup penganutnya. Cukup teratur dan sitematik. Cara ini dapat mengelakkan daripada berlakunya maksiat dan perkara-perkara lain yang tidak diingini. Dalam masa yang sama, ia menuju kepada pembentukan keluarga bahagia yang diidamkan oleh manusia serta diredhai oleh Allah. Inilah percintaan dalam Islam, iaitu selepas perkahwinan. Insya-Allah kalau segalanya dilakukan dengan niat ikhlas kerana Allah dan bukan atas dasar nafsu dan keduniaan semata-mata, Allah akan mempermudah urusan kita itu.

Untuk kita yang masih menimba ilmu, tidak perlulah bersusah-susah mencari jodoh sekarang. Jodoh di tangan Allah, pasti bertemu jua dengan taqdirnya. Sekarang kita mempunyai matlamat yang lebih penting iaitu mendapatkan kecemerlangan dalam pelajaran dan menunaikan tanggungjawab kita sebagai muslim. Banyak lagi tanggungjawab yang perlu kita pikul dan bercinta bukanlah sesuatu yang perlu buat masa sekarang. Berusahalah menjadi muslim dan muslimah sejati serta mengamalkan Islam dalam kehidupan kita. Akan tetapi, bagi mereka yang merasakan diri sudah mampu untuk memikul tanggungjawab berumah tangga, mampu memberi nafkah zahir dan batin, maka bernikahlah. Tiada salahnya bernikah ketika belajar. Itu adalah lebih mulia daripada mereka yang ber’couple’, dan memuaskan nafsu mengikut telunjuk syaitan. Ikutilah cara-cara menuju pernikahan yang telah diterangkan di atas. Sekali lagi ditegaskan, bercinta sebelum berkahwin dan ber’couple’ adalah menghampiri zina dan hukumnya adalah HARAM.

Laman Sahabat

Bicara UKHUWWAH

ShoutMix chat widget

Followers

About Me

Foto Saya
ibnu qais
Dilahir di Kampung tercinta di Desa Permai Pagut pada tanggal 18 Mei 1986 pada jam 08.55pm bersamaan 9 Ramadhan 1406 Hijrah iaitu jatuh pada hari Ahad. Mendapat pendidikan awal di Sekolah Agama (Arab) Al-Ittihadiah Tanjung Pagar, Ketereh.Kemudian melanjutkan ke pengajian menengah di Sekolah Menengah Agama (Arab) Darul Aman, Kok Lanas dari 1999-2002, sekarang dikenali Ma'had Tahfiz Sains Nurul Iman. Setelah itu saya berhijrah ke Sekolah Menengah Agama (Arab) Azhariah, Melor. Setelah tamat, saya mendapat tawaran melanjutkan pengajian ke peringkat diploma bidang syariah di Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS),Kelantan (2005-2008) dan sekarang melanjutkan pengajian sarjana di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Nanggroe Acheh Darussalam, Republik Indonesia,dalam Fakultas Syariah Jurusan Ahwalul Syakhsiyyah(Hukum Keluarga Islam). Sebarang pandangan emailkan kepada yiez_almaqdisi@yahoo.com @ ibnqais@gmail.com.
Lihat profil lengkap saya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ultimos Comentarios

 
Copyright © Jalan Yang Lurus